
Ekonomi Tiongkok mencatat pertumbuhan 4,8% YoY pada kuartal III-2025, sejalan dengan perkiraan pasar. Data kuat produksi industri dan penjualan ritel mendorong Dolar Australia (AUD) menguat terhadap Dolar AS (USD).
PipTrail — Ekonomi Tiongkok mencatat pertumbuhan sebesar 4,8% secara tahunan (year-on-year / YoY) pada kuartal ketiga (Q3) tahun 2025, sesuai dengan ekspektasi pasar. Angka ini menunjukkan adanya perlambatan dari pertumbuhan 5,2% yang dicapai pada kuartal kedua, menurut data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Senin (20/10).
Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa meskipun aktivitas ekonomi Tiongkok masih ekspansif, tantangan struktural seperti lemahnya permintaan global dan tekanan di sektor properti masih menahan laju pemulihan ekonomi pascapandemi.
Secara kuartalan (quarter-on-quarter / QoQ), Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok meningkat 1,1%, sama seperti kuartal sebelumnya, dan melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan hanya 0,8%. Capaian ini menandakan stabilitas ekonomi di tengah kondisi global yang belum menentu serta langkah-langkah stimulus pemerintah yang mulai menunjukkan hasil positif.
Konsumsi Domestik Masih Tumbuh Moderat
Dari sisi konsumsi, Penjualan Ritel pada September 2025 tercatat naik 3,0% YoY, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi 2,9%, namun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 3,4% pada Agustus. Kinerja ini menggambarkan bahwa konsumsi masyarakat masih berada dalam fase pemulihan bertahap, seiring meningkatnya kepercayaan konsumen dan pelonggaran kebijakan kredit.
Sektor ritel menjadi salah satu pilar penting dalam perekonomian Tiongkok, yang kini berupaya beralih dari model berbasis ekspor dan investasi menuju pertumbuhan yang digerakkan oleh konsumsi domestik. Meski begitu, permintaan konsumen masih tertahan oleh tingkat pengangguran muda yang tinggi serta ketidakpastian kondisi sektor properti.
Produksi Industri dan Investasi Aset Tetap
Di sisi lain, Produksi Industri mencatat pertumbuhan yang lebih kuat, mencapai 6,5% YoY, jauh melampaui perkiraan 5,0% dan lebih tinggi dari capaian 5,2% pada bulan sebelumnya. Lonjakan ini dipicu oleh meningkatnya produksi sektor manufaktur teknologi tinggi, seperti kendaraan listrik, peralatan komunikasi, dan energi terbarukan.
Namun, Investasi Aset Tetap (Fixed Asset Investment / FAI) justru turun 0,5% year-to-date (YTD), berbanding terbalik dengan kenaikan 0,5% pada periode sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan tekanan berlanjut di sektor properti dan infrastruktur, dua sektor yang selama ini menjadi motor utama investasi di Tiongkok.
Pemerintah Tiongkok telah berupaya menstabilkan pasar properti dengan serangkaian stimulus, termasuk pelonggaran aturan pinjaman dan pengurangan suku bunga hipotek. Meski begitu, dampaknya belum sepenuhnya terlihat karena masih banyak proyek yang mangkrak dan developer besar yang menghadapi krisis likuiditas.
Reaksi Pasar: Dolar Australia Menguat
Mata uang Dolar Australia (AUD) naik tipis setelah rilis data ekonomi Tiongkok tersebut. Pada pukul 09.00 WIB, pasangan AUD/USD tercatat menguat 0,24% ke posisi 0,6511.
Kinerja positif ekonomi Tiongkok menjadi faktor pendukung bagi Dolar Australia, mengingat Australia merupakan mitra dagang utama Negeri Tirai Bambu, terutama dalam ekspor komoditas seperti bijih besi, batu bara, dan gas alam cair (LNG).
Sebelum data dirilis, AUD/USD sempat bergerak negatif di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global serta penutupan sebagian pemerintahan federal Amerika Serikat (AS) yang telah memasuki hari ke-19. Ketidakpastian politik di AS menekan nilai Dolar AS, sehingga memberi ruang penguatan bagi mata uang komoditas seperti AUD.
Jika momentum ekonomi Tiongkok terus positif, analis memperkirakan level resistance terdekat AUD/USD berada di 0,6523, diikuti 0,6560 dan 0,6620. Sebaliknya, support utama berada di 0,6472, dengan potensi pelemahan lanjutan ke 0,6424 dan 0,6400 apabila tekanan risiko global kembali meningkat.
Ikhtisar Data dan Proyeksi NBS
Berdasarkan jadwal rilis resmi Biro Statistik Nasional (NBS) pada pukul 02.00 GMT, data ekonomi utama Tiongkok untuk Q3 2025 adalah sebagai berikut:
PDB Kuartalan: +0,8% (aktual 1,1%)
PDB Tahunan: +4,8% (aktual 4,8%)
Penjualan Ritel: +2,9% (aktual 3,0%)
Produksi Industri: +5,0% (aktual 6,5%)
Kinerja di atas perkiraan tersebut menunjukkan adanya sinyal stabilisasi di sektor industri dan konsumsi, meskipun tekanan dari ekspor dan real estate masih terasa.
Beberapa analis menilai, dukungan fiskal dari pemerintah daerah serta stimulus kebijakan moneter yang lebih longgar dari People’s Bank of China (PBoC) akan tetap menjadi kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan di sisa tahun 2025.
Implikasi bagi Ekonomi Global
Pertumbuhan Tiongkok memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian global, terutama bagi negara-negara Asia Pasifik. Data terbaru ini memberikan optimisme bahwa permintaan terhadap komoditas akan tetap stabil, yang dapat menguntungkan eksportir utama seperti Australia, Indonesia, dan Malaysia.
Meski begitu, IMF dan sejumlah lembaga internasional memperingatkan bahwa Tiongkok masih perlu memperkuat reformasi struktural, khususnya di sektor properti dan keuangan daerah, untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 4,8% pada Q3 2025 menjadi sinyal bahwa perekonomian negara tersebut masih solid, meski menghadapi tekanan dari dalam dan luar negeri. Sektor industri menjadi penopang utama, sementara konsumsi domestik perlahan kembali pulih.
Bagi pasar keuangan global, data ini memberikan sentimen positif terhadap aset berisiko, termasuk mata uang komoditas seperti Dolar Australia. Selama Tiongkok mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan melanjutkan kebijakan stimulus secara hati-hati, prospek pertumbuhan kawasan Asia akan tetap terjaga.





