FOMC dan RBNZ Kompak Pangkas Suku Bunga Oktober 2025: Sinyal Dovish Menguat, USD dan NZD Siaga Tekanan Baru

PipTrail – Notulen FOMC dan hasil rapat RBNZ Oktober 2025 menunjukkan sinyal dovish dari dua bank sentral utama dunia. The Fed dan RBNZ sama-sama menurunkan suku bunga acuan demi menahan tekanan inflasi dan memperkuat pertumbuhan. Simak proyeksi ekonomi, dampaknya bagi USD dan NZD, serta arah kebijakan moneter ke depan.

Kebijakan RBNZ Pemangkasan Kedua di Tahun 2025

Rabu, 8 Oktober 2025 — Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) kembali menurunkan suku bunga acuannya dalam pertemuan kebijakan moneter Oktober. Official Cash Rate (OCR) dipangkas sebesar 0.25% dari +3.00% menjadi +2.75%, menandai level terendah sejak Agustus 2022.
Keputusan ini diambil dengan mayoritas suara 4 banding 2, sejalan dengan ekspektasi pasar global yang memperkirakan langkah pelonggaran lanjutan.

Dalam pernyataannya, Gubernur RBNZ menegaskan bahwa keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan risiko positif dan negatif terhadap prospek ekonomi nasional dan global. Inflasi di Selandia Baru memang naik tipis dari 2.5% menjadi 2.7% pada kuartal II 2025 — masih dalam kisaran target bank sentral 1.0% hingga 3.0%. Namun, pertumbuhan ekonomi (GDP) justru mengalami kontraksi 0.7% (yoy) pada kuartal pertama, yang menjadi sinyal perlambatan.

RBNZ memperkirakan inflasi akan mencapai 3.0% pada kuartal ketiga tahun ini, dipicu oleh kenaikan harga yang diatur pemerintah, biaya pangan, serta harga barang dan jasa yang dapat diperdagangkan. Meski begitu, perekonomian diperkirakan pulih secara bertahap pada kuartal berikutnya berkat rebound di sektor perdagangan dan jasa.

Namun demikian, bank sentral juga memperingatkan bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan global dan tarif ekspor Amerika Serikat yang meningkat bisa menjadi hambatan bagi ekspor Selandia Baru. Dengan inflasi yang relatif stabil dan pertumbuhan yang melambat, pasar memperkirakan masih ada ruang bagi pemangkasan suku bunga lanjutan di akhir tahun jika kondisi global tidak membaik.

Jika tren ini berlanjut, maka dolar Selandia Baru (NZD) kemungkinan akan melemah terhadap mata uang utama seperti USD dan AUD, mengingat investor cenderung mencari aset dengan imbal hasil lebih tinggi.

Notulen FOMC The Fed Turunkan Suku Bunga, Sinyal Netral tapi Waspada

Kamis, 9 Oktober 2025 — Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat juga melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter dalam rapat 17–18 September lalu. Suku bunga acuan diturunkan 0.25% dari +4.25%–+4.50% menjadi +4.00%–+4.25%, level terendah dalam hampir tiga tahun terakhir.
Langkah ini diambil mayoritas anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), dengan hanya satu suara yang mendukung pemangkasan lebih agresif sebesar 0.50%.

Ketua The Fed Jerome Powell menjelaskan bahwa keputusan tersebut merupakan bagian dari strategi “risk management cut” — langkah pencegahan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan inflasi dan ketidakpastian global.
Menurut proyeksi terbaru, The Fed masih akan memangkas suku bunga sebesar 0.50% lagi hingga akhir 2025 dan 0.25% pada tahun 2026, dengan ekspektasi suku bunga jangka panjang stabil di kisaran 3.00%.

Proyeksi Ekonomi The Fed Terbaru

DataProyeksi 2025Proyeksi 2026Proyeksi 2027
GDPNaik dari 1.4% → 1.6%Naik dari 1.6% → 1.8%Naik dari 1.8% → 1.9%
Inflasi PCETetap 3.0%Naik dari 2.4% → 2.6%Tetap 2.1%
Tingkat PengangguranTetap 4.5%Turun ke 4.4%Turun ke 4.3%

Dari tabel tersebut, tampak bahwa The Fed melihat potensi pertumbuhan ekonomi moderat, dengan inflasi yang mulai terkendali dan pasar tenaga kerja yang perlahan membaik.
Namun, beberapa anggota FOMC menyoroti risiko dari perlambatan global dan ketegangan perdagangan internasional yang dapat kembali menekan ekspor AS.

Dampak terhadap Pasar dan Arah USD ke Depan

Notulen FOMC kali ini mengindikasikan sikap yang cenderung “netral”, meskipun terdapat perbedaan pandangan di antara anggota Komite.
Jika pasar menilai pernyataan FOMC bernada hawkish, maka dolar AS (USD) berpotensi menguat karena investor memperkirakan pengetatan kembali di masa depan.
Sebaliknya, jika pernyataan dianggap dovish, USD bisa melemah, terutama terhadap mata uang komoditas seperti AUD dan NZD.

Dengan kedua bank sentral — The Fed dan RBNZ — sama-sama melonggarkan kebijakan moneter, pasar forex global kini berada di persimpangan penting. Para trader dan investor akan mencermati setiap data lanjutan terkait inflasi, ketenagakerjaan, dan pertumbuhan GDP untuk menentukan arah selanjutnya.

Awal Era Dovish Baru di Akhir 2025

Kebijakan pelonggaran yang diambil oleh RBNZ dan The Fed pada Oktober 2025 menjadi sinyal jelas bahwa bank sentral mulai fokus menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan inflasi yang mulai terkendali.
Meskipun langkah ini dapat menopang pertumbuhan jangka pendek, investor perlu waspada terhadap potensi pelemahan mata uang utama dan gejolak pasar obligasi dalam beberapa bulan ke depan.

Baik NZD maupun USD kini menghadapi fase penyesuaian baru, di mana keputusan berikutnya akan sangat bergantung pada data ekonomi kuartal IV 2025 dan respons pasar terhadap arah kebijakan moneter global.

Related Posts

BUY USDJPY! Peluang Emas Setelah Breakout Besar di Level 150.70

BUY USDJPY kini jadi peluang menarik! Setelah menembus down trendline, pasangan USDJPY berpotensi melanjutkan tren naik. Simak analisis teknikal, strategi entry, hingga target profit lengkapnya di sini. PipTrail – Pasangan…

Harga Minyak WTI Tetap Lemah di Dekat $58,00 karena Kelebihan Pasokan dan Ketegangan AS–Tiongkok

PipTrail – Harga Minyak WTI terus melemah di sekitar $58,10 per barel, setelah mencatat penurunan lebih dari 1,5% di sesi sebelumnya. Pelemahan ini terjadi akibat kekhawatiran kelebihan pasokan minyak global…

One thought on “FOMC dan RBNZ Kompak Pangkas Suku Bunga Oktober 2025: Sinyal Dovish Menguat, USD dan NZD Siaga Tekanan Baru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *