
Harga emas jatuh menjelang data inflasi AS 2025 karena aksi ambil untung dan meredanya ketegangan geopolitik. Namun, prospek jangka panjang tetap bullish di atas EMA 100-hari.
PipTrail – Harga emas (XAU/USD) jatuh di bawah level $4.100 pada awal perdagangan sesi Asia, Kamis (23/10/2025).
Penurunan ini menandai kelanjutan aksi jual setelah reli besar sepanjang tahun yang sempat mendorong emas naik lebih dari 50% sejak awal 2025.
Menurut data Reuters, para pedagang memilih mengunci keuntungan menjelang rilis data inflasi utama Amerika Serikat (AS) pada Jumat mendatang.
Meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok juga menjadi katalis tambahan bagi aksi ambil untung di pasar logam mulia.
Faktor Tekanan: Ambil Untung dan Redanya Ketegangan AS–Tiongkok
Aksi jual emas terjadi setelah harga sempat menembus level psikologis $4.300 pada pertengahan Oktober.
Namun, ketegangan geopolitik yang mereda antara AS dan Tiongkok mendorong investor untuk merealisasikan keuntungan.
Selain itu, berakhirnya festival Diwali di India — konsumen emas terbesar kedua di dunia — juga diperkirakan menekan permintaan fisik.
India biasanya menjadi pendorong kuat permintaan emas global selama musim perayaan.
“Aksi jual kali ini lebih bersifat teknikal, karena pasar sudah jenuh beli sejak September,” kata Russell Shor, analis senior di tradu.com.
“Tren jangka panjang tetap positif, tapi investor mengambil jeda untuk mengamankan profit.”
Dampak Penutupan Pemerintah AS dan Ekspektasi The Fed
Sementara itu, penutupan pemerintah AS telah memasuki minggu keempat tanpa solusi.
Situasi ini menciptakan ketidakpastian pasar dan meningkatkan permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas — meski efeknya kali ini terbatas.
Ketegangan geopolitik yang masih tersisa di beberapa wilayah dunia juga dapat mengangkat harga emas dalam jangka menengah.
Selain itu, spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga kembali pada Desember turut memberikan dukungan jangka panjang bagi logam mulia.
Menurut data dari LSEG, kontrak berjangka suku bunga Fed kini mengimplikasikan peluang 97% untuk penurunan 25 basis poin (bp).
Suku bunga yang lebih rendah biasanya meningkatkan daya tarik emas karena menurunkan biaya peluang memegang aset tanpa imbal hasil.
Data Inflasi AS Jadi Fokus Pasar Minggu Ini
Fokus utama pasar minggu ini adalah rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS bulan September, yang dijadwalkan pada Jumat (24/10).
Data tersebut menjadi penentu utama arah kebijakan The Fed dan akan menentukan sentimen emas dalam jangka pendek.
Jika data inflasi menunjukkan hasil lebih tinggi dari ekspektasi, Dolar AS (USD) berpotensi menguat.
Hal ini biasanya membebani harga komoditas berdenominasi USD, termasuk emas.
Sebaliknya, inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dapat menekan dolar dan mendorong pembelian baru terhadap logam mulia.
Para trader kini menantikan hasil rilis resmi untuk menentukan arah berikutnya dari harga emas jatuh menjelang data inflasi AS.
Analisis Teknis: EMA 100-Hari Masih Menjadi Penopang Utama
Secara teknikal, harga emas masih menunjukkan struktur bullish jangka panjang meski sedang terkoreksi.
Pada grafik harian, harga tetap bertahan di atas Exponential Moving Average (EMA) 100-hari, level penting yang menandai batas bawah tren naik.
Indikator Relative Strength Index (RSI) 14-hari berada di 57,25, masih di atas garis tengah 50, menandakan momentum kenaikan masih sehat.
Level penting XAU/USD hari ini:
- Resistance 1: $4.140 (high 15 Oktober)
- Resistance 2: $4.330 (high 16 Oktober)
- Resistance 3: $4.365 (upper Bollinger Band)
- Support 1: $4.000 (level psikologis)
- Support 2: $3.947 (low 10 Oktober)
- Support 3: $3.838 (low 3 Oktober)
Jika harga menembus di bawah $4.000, potensi penurunan menuju $3.838 terbuka lebar.
Namun, selama bertahan di atas EMA 100-hari, tren utama emas masih bullish.
Sentimen Global dan Arah Emas Selanjutnya
Emas tetap menjadi aset favorit investor di tengah ketidakpastian global.
Meskipun ada aksi ambil untung jangka pendek, banyak analis melihat koreksi ini sebagai peluang beli.
Beberapa faktor yang masih menopang sentimen bullish emas:
- Ketidakpastian politik di AS akibat penutupan pemerintahan
- Potensi konflik baru di Timur Tengah
- Ekspektasi pemangkasan suku bunga global
- Kelemahan struktural dolar AS
Sementara itu, pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang dijadwalkan di Korea Selatan akhir pekan ini menjadi sorotan utama.
Hasil pembicaraan perdagangan kedua negara dapat menentukan arah emas dalam jangka pendek.
“Jika perundingan menghasilkan ketegangan baru, harga emas bisa pulih cepat di atas $4.200,” ujar Hannah Lee, analis komoditas di Bloomberg Economics.
Emas Masih di Jalur Bullish Jangka Panjang
Kendati harga emas jatuh menjelang data inflasi AS 2025, tren jangka panjang logam mulia ini tetap positif.
Fundamental global seperti suku bunga rendah, ketegangan geopolitik, dan permintaan safe-haven akan terus mendukung harga.
Selama emas bertahan di atas EMA 100-hari, analis memperkirakan potensi rebound menuju kisaran $4.300–$4.365 dalam beberapa minggu ke depan.
Investor disarankan tetap waspada terhadap volatilitas menjelang rilis data IHK AS.
Kombinasi faktor makroekonomi dan teknikal akan menentukan apakah penurunan saat ini hanya koreksi sementara — atau sinyal awal perubahan tren.





