Harga Minyak WTI Tetap Lemah di Dekat $58,00 karena Kelebihan Pasokan dan Ketegangan AS–Tiongkok

PipTrail – Harga Minyak WTI terus melemah di sekitar $58,10 per barel, setelah mencatat penurunan lebih dari 1,5% di sesi sebelumnya. Pelemahan ini terjadi akibat kekhawatiran kelebihan pasokan minyak global serta ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang menekan sentimen pasar energi dunia.

Fluktuasi harga ini menjadi sorotan utama pelaku pasar karena WTI adalah salah satu acuan harga minyak mentah global selain Brent Crude. Setiap pergerakan signifikan pada Harga Minyak WTI sering kali berdampak langsung terhadap harga energi, inflasi, serta kinerja ekonomi di berbagai negara pengimpor minyak, termasuk Indonesia.

Laporan IEA: Pasokan Minyak Berlebih di Tahun 2026

Menurut laporan terbaru International Energy Agency (IEA), pasar minyak global diperkirakan akan menghadapi surplus hingga 4 juta barel per hari pada 2026, melebihi proyeksi sebelumnya.
Kelebihan pasokan ini muncul karena produksi meningkat tajam di negara-negara anggota OPEC+ dan produsen independen seperti Amerika Serikat, Kanada, serta Brasil.

Namun, permintaan global belum pulih maksimal akibat perlambatan ekonomi di Tiongkok dan Eropa.

“Kelebihan produksi minyak dapat menekan harga global jika permintaan tidak segera pulih,” tulis laporan IEA.

Kelebihan pasokan ini menjadi perhatian besar karena pada kondisi normal, pasar minyak hanya mampu menoleransi surplus sekitar 1 juta barel per hari tanpa memicu penurunan harga drastis.

Ketegangan Perdagangan AS–Tiongkok Tekan Harga Minyak WTI

Selain faktor pasokan, Harga Minyak WTI juga tertekan oleh ketegangan perdagangan baru antara Amerika Serikat dan Tiongkok — dua konsumen minyak terbesar di dunia.

Presiden Donald Trump menuduh Beijing melakukan praktik perdagangan tidak adil setelah Tiongkok memperketat ekspor mineral tanah jarang dan menaikkan tarif pelabuhan untuk kapal asing. Sebagai balasan, AS berencana mengenakan pembatasan tambahan terhadap produk teknologi dari Tiongkok.

Kebijakan tersebut dikhawatirkan memperlambat arus perdagangan global, menekan aktivitas industri, dan pada akhirnya mengurangi permintaan energi.

“Setiap ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia akan langsung tercermin pada volatilitas pasar minyak,” ujar analis energi dari Reuters Energy Desk.

Ketegangan ini menciptakan sentimen negatif jangka pendek yang memperkuat pelemahan Harga Minyak WTI, membuat investor beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi pemerintah AS.

Dukungan dari Kebijakan The Fed

Meskipun harga minyak sedang melemah, kebijakan Federal Reserve (The Fed) dapat menahan penurunan lebih lanjut. Ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 0,25 poin pada Oktober dan Desember 2025.

Kebijakan moneter longgar ini berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi di AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Permintaan energi pun bisa meningkat, sehingga Harga Minyak WTI berpeluang stabil di atas $58 dalam beberapa bulan mendatang.

Menurut CME FedWatch Tool, peluang penurunan suku bunga mencapai:

  • 94% pada Oktober

  • 93% pada Desember

Perbandingan WTI dan Brent: Mana yang Lebih Stabil?

WTI (West Texas Intermediate) dan Brent Crude adalah dua acuan utama dalam pasar minyak global.
Perbedaan utamanya terletak pada lokasi produksi, komposisi kimia, serta pasar distribusi:

FaktorWTIBrent
AsalAmerika SerikatLaut Utara (Eropa)
Kandungan sulfurRendah (lebih ringan)Sedikit lebih tinggi
DistribusiDomestik (AS)Global
Harga rata-rata (2025)$58–$62/barel$60–$64/barel

Karena sifatnya yang ringan dan bersih, WTI sering digunakan sebagai patokan utama di pasar Amerika. Namun, harga Brent biasanya sedikit lebih tinggi karena mencerminkan biaya transportasi global.

Dampak Harga Minyak WTI terhadap Ekonomi Global dan Indonesia

Pergerakan Harga Minyak WTI memiliki efek domino yang luas terhadap ekonomi dunia.
Bagi negara pengimpor minyak seperti Indonesia, penurunan harga minyak dapat menguntungkan karena menurunkan biaya impor energi dan subsidi BBM.

Namun, harga minyak yang terlalu rendah juga dapat menekan pendapatan negara-negara produsen seperti Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat, serta menurunkan minat investasi di sektor eksplorasi energi.

Di Indonesia, stabilitas harga minyak mempengaruhi:

  • APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

  • Harga BBM dan inflasi

  • Kurs Rupiah terhadap Dolar AS

Prediksi dan Prospek Harga Minyak WTI ke Depan

Analis memperkirakan bahwa dalam jangka pendek, Harga Minyak WTI akan berfluktuasi antara $57–$60 per barel, tergantung pada hasil negosiasi perdagangan AS–Tiongkok dan tingkat produksi OPEC+.

Jika produksi terus meningkat tanpa penurunan permintaan, harga berpotensi turun ke bawah $57. Namun, bila The Fed melonggarkan kebijakan moneter dan ekonomi global pulih, harga bisa kembali ke kisaran $61–$63 pada kuartal pertama 2026.

Lembaga riset seperti Goldman Sachs dan JP Morgan memperkirakan bahwa rata-rata harga minyak WTI pada 2026 bisa mencapai $62,50 per barel, dengan catatan konflik dagang mereda dan permintaan industri mulai naik kembali.

Secara keseluruhan, Harga Minyak WTI masih dibayangi oleh kombinasi faktor fundamental dan geopolitik:

  • Kelebihan pasokan minyak akibat peningkatan produksi global

  • Ketegangan perdagangan AS–Tiongkok yang menekan permintaan energi

  • Kebijakan moneter The Fed yang menjadi penopang jangka pendek

Investor dan pelaku pasar disarankan untuk memantau laporan IEA, kebijakan OPEC+, dan dinamika hubungan dagang AS–Tiongkok sebagai indikator utama arah pergerakan harga minyak global.

Related Posts

BUY USDJPY! Peluang Emas Setelah Breakout Besar di Level 150.70

BUY USDJPY kini jadi peluang menarik! Setelah menembus down trendline, pasangan USDJPY berpotensi melanjutkan tren naik. Simak analisis teknikal, strategi entry, hingga target profit lengkapnya di sini. PipTrail – Pasangan…

IHSG Tertahan Setelah Cetak Rekor Baru: Mengungkap Arah Selanjutnya di 2025

IHSG berhenti sejenak setelah mencetak rekor tertinggi di 8.272. Simak analisis teknikal terbaru, faktor ekonomi, dan peluang pergerakan IHSG berikutnya di tahun 2025. PipTrail –  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)…

One thought on “Harga Minyak WTI Tetap Lemah di Dekat $58,00 karena Kelebihan Pasokan dan Ketegangan AS–Tiongkok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *