Indeks Dolar AS Stabil di 99,00: Harapan Kompromi Perang Dagang AS-Tiongkok

Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, diperdagangkan datar di kisaran 99,25 pada awal sesi Asia, Selasa pagi. Pergerakan stabil ini terjadi di tengah harapan baru akan adanya kompromi antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam perang dagang yang kembali memanas.

PipTrail – Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan yang lebih lunak terhadap Beijing setelah sebelumnya mengancam akan memberlakukan tarif 100% pada seluruh impor Tiongkok mulai 1 November. Sentimen positif ini sedikit meredakan kekhawatiran pasar global dan menjaga Indeks Dolar AS tetap stabil menjelang pidato penting Ketua The Fed, Jerome Powell.

Nada Lunak Trump Picu Harapan Perbaikan Hubungan Dagang

Pada hari Minggu, Trump menulis di platform Truth Social:

“Jangan khawatir soal Tiongkok, semuanya akan baik-baik saja.”

Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan ancaman tarif agresif yang dilontarkan hanya dua hari sebelumnya. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, juga memastikan bahwa Trump tetap pada jalur untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di Korea Selatan pada akhir Oktober.

Kemungkinan pertemuan tersebut memunculkan optimisme pasar akan adanya de-eskalasi konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Hal ini mendukung penguatan Dolar AS sementara dan menjaga Indeks Dolar AS tetap kokoh di atas level 99,00.

Namun, analis memperingatkan bahwa ketidakpastian masih tinggi. Seperti dilansir CNBC, negosiasi yang melibatkan isu tarif, teknologi, dan kepemilikan intelektual masih menjadi batu sandungan bagi kesepakatan jangka panjang.

Nada Dovish The Fed Batasi Kenaikan Indeks Dolar AS

Di sisi kebijakan moneter, komentar terbaru dari pejabat Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal pelonggaran lebih lanjut. Presiden The Fed Philadelphia, Anna Paulson, mengatakan bahwa meningkatnya risiko pelemahan pasar tenaga kerja mendukung kemungkinan pemotongan suku bunga tambahan.

Menurut data CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan peluang hampir 100% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, dengan probabilitas tinggi penurunan lanjutan di Desember.

Pandangan dovish ini menahan laju penguatan Indeks Dolar AS, karena pelonggaran kebijakan moneter biasanya menekan nilai tukar Greenback. Investor kini menanti pernyataan resmi Jerome Powell yang akan berbicara tentang prospek ekonomi dan arah kebijakan moneter di Pertemuan Tahunan National Association for Business Economics (NABE) di Philadelphia.

Shutdown Pemerintah AS Berlanjut: Tekanan Baru bagi DXY

Ketidakpastian politik dalam negeri turut membayangi pergerakan Indeks Dolar AS. Penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) telah memasuki minggu ketiga tanpa solusi yang jelas.

Senat AS dijadwalkan kembali bersidang pada hari Selasa untuk membahas rancangan undang-undang pendanaan darurat. Jika kebuntuan terus berlanjut, shutdown dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan menurunkan pertumbuhan PDB AS pada kuartal ini.

Para ekonom memperkirakan bahwa setiap minggu penutupan dapat memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1–0,2%, tergantung pada durasinya. Kondisi ini bisa memberikan tekanan jual tambahan terhadap DXY, terutama bila data makroekonomi AS menunjukkan pelemahan.

Analisis Teknis: DXY Bertahan di Zona Konsolidasi

Secara teknikal, Indeks Dolar AS masih berada dalam fase konsolidasi jangka menengah. Area 99,00–99,50 menjadi rentang kunci yang menentukan arah pergerakan berikutnya.

Jika harga mampu menembus di atas 99,60, potensi penguatan bisa berlanjut menuju 99,90–100,00, area psikologis yang penting bagi para trader. Namun, kegagalan menembus batas atas dapat memicu koreksi ke bawah menuju 98,80.

Indikator RSI berada di sekitar level netral, mengindikasikan bahwa pasar masih menunggu katalis baru sebelum menentukan arah yang lebih tegas. Volume perdagangan yang menurun juga memperkuat sinyal konsolidasi ini.

Faktor Global: Fokus pada Pidato Powell dan Data Inflasi

Dalam beberapa hari ke depan, fokus utama pelaku pasar akan tertuju pada pidato Jerome Powell serta rilis data inflasi AS dan Tiongkok.
Pernyataan Powell yang menegaskan perlunya penurunan suku bunga tambahan dapat melemahkan Indeks Dolar AS, sementara nada optimis (hawkish) justru bisa mengangkatnya kembali ke atas 100,00.

Selain itu, data inflasi Tiongkok akan menjadi petunjuk penting bagi prospek permintaan global. Inflasi yang lebih tinggi dapat memperkuat yuan dan menekan DXY, sedangkan data lemah akan memperkuat posisi dolar sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Investor disarankan memantau juga Indeks Sentimen Konsumen AS dari University of Michigan dan laporan tenaga kerja Kanada yang sering memengaruhi arus modal lintas negara.

Dolar AS Stabil tapi Risiko Masih Tinggi

Secara keseluruhan, Indeks Dolar AS masih bertahan di atas 99,00 dengan bias netral hingga ada kejelasan lebih lanjut terkait:

  1. Pidato Powell malam ini,

  2. Progres negosiasi AS–Tiongkok, dan

  3. Dampak lanjutan shutdown pemerintah.

Bila ketiganya berkembang positif, DXY bisa menembus 100,00 dalam waktu dekat. Namun jika ketegangan politik dan ekonomi meningkat, koreksi ke bawah 98,80 bukan hal yang mustahil.

Related Posts

Trump dan PM Takaichi Sepakat di Tokyo, Kesepakatan Baru AS–Jepang Buka Babak Emas Hubungan Ekonomi 2025

Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menandatangani kesepakatan baru di Tokyo untuk memperkuat pasokan mineral kritis dan kerja sama strategis lintas sektor. Simak lima poin utama…

Pergerakan Valas Jepang 2025, 5 Poin Penting dari Peringatan Menteri Kiuchi Soal Stabilitas Yen

Pergerakan Valas Jepang 2025 jadi sorotan usai Menteri Ekonomi Minoru Kiuchi menegaskan pentingnya stabilitas yen agar tetap mencerminkan fundamental ekonomi. Simak lima poin utama dampaknya bagi ekonomi dan pasar Jepang.…

One thought on “Indeks Dolar AS Stabil di 99,00: Harapan Kompromi Perang Dagang AS-Tiongkok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *