Rupiah Melejit Tipis ke Rp16.610, Namun Analis Peringatkan Ancaman Pelemahan Global

Rupiah dibuka menguat tipis di level Rp16.610 per dolar AS pada Kamis pagi (2/10). Namun analis memperingatkan potensi pelemahan masih terbuka lebar akibat rebound dolar AS usai data manufaktur positif.

PipTrail –  Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatan pada awal perdagangan Kamis (2/10). Berdasarkan data pasar spot, rupiah dibuka di posisi Rp16.610 per dolar AS, naik 21 poin atau sekitar 0,15 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. Kenaikan tipis ini dianggap positif oleh pelaku pasar, meskipun belum cukup kuat untuk menepis kekhawatiran terhadap tekanan eksternal yang masih membayangi.

Pergerakan rupiah pada pagi ini menunjukkan adanya sentimen campuran. Di satu sisi, fundamental domestik yang relatif stabil menjadi penopang, sementara di sisi lain tekanan global dari dolar AS yang sedang rebound tetap menekan ruang penguatan.

Performa Mata Uang Asia

Kondisi serupa juga terlihat di kawasan Asia, di mana mata uang bergerak bervariasi. Peso Filipina mencatat kenaikan tipis sebesar 0,08 persen. Namun, tidak semua mata uang Asia bergerak positif. Yen Jepang justru turun 0,10 persen, dan baht Thailand melemah lebih dalam, yakni 0,19 persen.

Variasi pergerakan ini menandakan bahwa investor masih berhati-hati dalam mengambil posisi. Pasar Asia masih sensitif terhadap arah kebijakan moneter global, harga komoditas, hingga perkembangan geopolitik yang belakangan terus menjadi faktor dominan.

Mata Uang Utama Dunia Juga Melemah

Bukan hanya mata uang Asia, mata uang utama dunia pun ikut melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris tercatat turun 0,04 persen, euro terkoreksi 0,09 persen, dan franc Swiss melemah 0,03 persen.

Fakta ini menunjukkan bahwa dolar AS tetap menjadi pilihan utama (safe haven) di tengah ketidakpastian global. Penguatan dolar didukung oleh data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan, terutama di sektor manufaktur Amerika Serikat, yang memberi sinyal ketahanan ekonomi Negeri Paman Sam.

Analisis: Data Ekonomi Amerika Jadi Kunci

Menurut Lukman Leong, analis Doo Financial Futures, meski rupiah sempat menguat tipis, peluang untuk melemah tetap besar.

“Data manufaktur lebih kuat dari perkiraan meskipun rilis data pekerjaan yang hasilnya mengecewakan,” ujarnya.

Dengan kata lain, meski pasar tenaga kerja AS menunjukkan kerapuhan, sentimen positif dari data manufaktur mampu menopang dolar AS. Hal ini menandakan bahwa investor global lebih fokus pada prospek ekonomi jangka menengah yang ditopang industri manufaktur.

Akibatnya, mata uang lain termasuk rupiah akan berhadapan dengan tantangan lebih berat dalam mempertahankan penguatan.

Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini

Dengan mempertimbangkan kondisi global, analis memperkirakan rupiah akan bergerak terbatas di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.700 per dolar AS pada perdagangan Kamis ini. Rentang tersebut mencerminkan ruang fluktuasi yang sempit, sehingga peluang penguatan lebih besar masih terbatas.

Bagi investor, kisaran ini menjadi sinyal untuk tetap berhati-hati. Keputusan investasi jangka pendek akan banyak dipengaruhi oleh dinamika dolar AS, yang masih berpotensi menguat jika data ekonomi berikutnya kembali positif.

Faktor Domestik yang Perlu Dicermati

Selain faktor global, sentimen domestik juga memainkan peran penting. Stabilitas ekonomi Indonesia, khususnya terkait inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan cadangan devisa, akan menjadi pertimbangan utama investor asing.

Jika inflasi tetap terkendali dan fundamental fiskal cukup kuat, maka rupiah berpeluang mendapat dukungan tambahan. Namun, mengingat ketergantungan Indonesia pada arus modal asing, rupiah akan tetap rentan terhadap perubahan kebijakan moneter global.

Tantangan Utama bagi Rupiah

Beberapa faktor utama yang masih menjadi tantangan bagi rupiah dalam waktu dekat antara lain:

  1. Kebijakan The Fed – Suku bunga tinggi yang dipertahankan lebih lama bisa memperkuat dolar AS.
  2. Harga Komoditas Dunia – Fluktuasi harga minyak dan energi memengaruhi defisit neraca perdagangan Indonesia.
  3. Geopolitik Global – Konflik internasional meningkatkan permintaan dolar AS sebagai aset lindung nilai.
  4. Data Ekonomi Domestik – Publikasi inflasi, neraca perdagangan, dan cadangan devisa menjadi katalis bagi rupiah.

Rupiah dibuka menguat tipis di level Rp16.610 per dolar AS pada Kamis pagi (2/10), mencatat kenaikan 0,15 persen. Meski menjadi sinyal positif, analis tetap menilai potensi pelemahan masih terbuka lebar, terutama akibat rebound dolar AS yang didorong oleh data manufaktur Amerika Serikat.

Dengan kisaran pergerakan Rp16.600–Rp16.700 per dolar AS, rupiah masih berada dalam kondisi rawan terhadap volatilitas eksternal. Bagi investor dan pelaku pasar, penting untuk terus memantau data ekonomi global serta kebijakan moneter The Fed, karena faktor inilah yang akan menentukan arah rupiah ke depan.

Pada akhirnya, penguatan rupiah pagi ini hanyalah awal, dan perjalanan nilai tukar masih akan ditentukan oleh kombinasi faktor domestik maupun global. Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, kehati-hatian menjadi kunci agar tetap mampu menghadapi gejolak nilai tukar.

Related Posts

Yen Jatuh ke Level Terendah 2 Bulan: Taruhan Pelonggaran Fiskal dan Dovish BoJ & The Fed Menjadi Pendorong

Yen Jepang melemah ke posisi terendah dalam dua bulan terhadap USD di tengah ekspektasi pelonggaran fiskal Jepang dan sinyal dovish dari BoJ & The Fed. Simak analisis teknikal dan faktor-faktor…

Rupiah Melemah ke Rp16.583: Dolar AS Menguat, Mata Uang Asia Terkoreksi

Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp16.583 per dolar AS pada Senin (6/10). Penguatan dolar AS dan sentimen hawkish The Fed membuat mata uang Asia tertekan. PipTrail –  Nilai tukar rupiah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *