
Jakarta, Piptrail – Pasangan mata uang USD/INR mencatat pelemahan pada hari Senin setelah mata uang Rupee India menguat, menghentikan penurunan selama empat hari berturut-turut. Penguatan Rupee terjadi usai rilis laporan PDB India kuartal pertama 2025, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi melampaui ekspektasi pasar.
PDB India tumbuh sebesar 7,4% secara tahunan (YoY), naik dari 6,2% pada kuartal sebelumnya dan jauh lebih tinggi dari proyeksi analis sebesar 6,7%. Laporan ini memperkuat posisi India sebagai ekonomi besar dengan pertumbuhan tercepat di dunia, meskipun lebih rendah dibandingkan puncaknya pada 2023-2024 yang mencapai 9,2%.
Optimisme pasar juga terlihat dari kenaikan pasar ekuitas India dan arus masuk portofolio asing, meski tetap dibayangi oleh faktor eksternal seperti lonjakan harga minyak global dan arus keluar investasi asing langsung (FDI).
Risiko Minyak dan Potensi Penurunan Suku Bunga RBI
Meskipun data ekonomi positif, terdapat kekhawatiran bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia dapat membebani Rupee, mengingat India adalah importir minyak terbesar ketiga secara global. Harga minyak yang lebih tinggi berdampak langsung pada defisit neraca berjalan dan tekanan terhadap nilai tukar INR.
Selain itu, pelaku pasar juga mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Reserve Bank of India (RBI). Bank sentral India diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin untuk ketiga kalinya secara berturut-turut dalam upaya menopang pertumbuhan. Prospek kebijakan moneter yang longgar ini dapat membatasi potensi penguatan INR lebih lanjut dalam waktu dekat.
Fokus Minggu Ini: Data IMP AS, Keputusan RBI & NFP
Pasar global kini menantikan sejumlah data dan keputusan penting:
-
Laporan ISM Manufacturing PMI AS (Mei) akan dirilis Senin malam
-
Keputusan suku bunga RBI dijadwalkan pada Jumat
-
Data ketenagakerjaan Non-Farm Payrolls (NFP) AS juga rilis Jumat
Data ini dipandang krusial dalam membentuk arah kebijakan moneter baik di India maupun AS.
Selain itu, negosiasi perdagangan antara AS dan India turut menjadi sorotan. Presiden Donald Trump sebelumnya memberlakukan tarif hingga 27% pada produk asal India, dengan periode penangguhan tarif selama 90 hari yang akan berakhir pada 9 Juli. Perkembangan dari negosiasi ini akan berdampak langsung pada aliran dagang dan investasi bilateral.
Perspektif Teknikal USD/INR: Masih dalam Tekanan
Dari sudut pandang teknikal, USD/INR masih menunjukkan bias bearish:
-
Harga berada di bawah Exponential Moving Average (EMA) 100-hari, mengisyaratkan tekanan turun jangka menengah
-
Relative Strength Index (RSI 14) berada dekat garis tengah, menunjukkan potensi konsolidasi
Level support terdekat berada di 84,78 (terendah 26 Mei). Jika ditembus, potensi pelemahan bisa berlanjut menuju 84,61 (terendah 12 Mei), dan bahkan menyentuh 84,00 sebagai level psikologis.
Di sisi atas, level resistance utama berada di rentang 85,55 – 85,65, yang bertepatan dengan batas atas saluran tren dan EMA 100-hari. Jika tertembus, potensi rally menuju 86,10 (tertinggi 22 Mei) bisa terjadi.