
PipTrail – Notulen rapat The Fed bulan Juni dinantikan pasar sebagai penentu potensi pemangkasan suku bunga di musim panas 2025. Dolar AS masih belum menemukan arah, sementara ketegangan tarif dan sikap dovish bank sentral global memperkeruh sentimen.
Pasar keuangan global tengah menanti rilis notulen rapat Federal Reserve (The Fed) bulan Juni yang dijadwalkan malam ini. Dokumen ini menjadi titik fokus pelaku pasar karena dinilai dapat memberikan petunjuk apakah pemangkasan suku bunga akan terjadi di paruh kedua 2025. Di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan belum adanya arah jelas dari pergerakan dolar AS, pasar berharap notulen ini mampu memberi gambaran arah kebijakan moneter selanjutnya.
Dolar AS: Masih Terombang-ambing Ketidakpastian Tarif
Pergerakan dolar AS belakangan ini masih datar, mencerminkan kebingungan pelaku pasar terhadap sinyal kebijakan tarif Presiden Trump yang kerap berubah. Meski beberapa keputusan tarif sebelumnya telah berdampak terhadap ekspektasi kebijakan moneter The Fed, fokus utama investor saat ini justru bergeser pada data ekonomi makro, seperti inflasi dan tenaga kerja.
Pasar masih memandang bahwa manuver tarif yang dilakukan Presiden Trump lebih sebagai strategi negosiasi ketimbang langkah jangka panjang. Ini membuat pelaku pasar enggan terlalu bereaksi terhadap setiap pengumuman terkait tarif, khususnya menjelang pemilihan umum AS yang semakin dekat.
Sebagai contoh, dolar AS belum menunjukkan reaksi signifikan meski hari ini Presiden Trump dikabarkan akan mengumumkan pembaruan kebijakan perdagangan terhadap sedikitnya tujuh negara. Sinyal-sinyal seperti ini hanya berdampak besar terhadap mata uang negara-negara dengan ketergantungan perdagangan tinggi terhadap AS, seperti Jepang dan Filipina.
Fokus Pasar Tertuju pada Notulen FOMC
Dengan minimnya arah dari kebijakan tarif, pasar kini menaruh harapan pada notulen Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan dirilis malam ini. Jika dokumen tersebut menampilkan pandangan dovish yang lebih luas dari yang diperkirakan, dolar AS bisa mengalami tekanan karena ekspektasi pemangkasan suku bunga akan meningkat.
Sebaliknya, jika hanya dua anggota The Fed — Michelle Bowman dan Christopher Waller — yang menunjukkan ketidaksepakatan terhadap kebijakan saat itu, maka dampaknya terhadap dolar mungkin akan terbatas. Namun, sinyal dovish dari lebih banyak anggota akan menjadi katalis negatif bagi greenback karena menurunkan ambang batas data yang dibutuhkan untuk mendorong pelonggaran moneter.
Data inflasi (CPI) yang akan dirilis pekan depan juga akan menjadi kunci. Jika angka inflasi lebih rendah dari ekspektasi, hal ini dapat memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga lebih cepat.
Euro: Terjepit Ancaman Tarif Baru dari AS
Sementara itu, euro juga menghadapi tekanan dari arah berbeda. Presiden Trump menyatakan bahwa surat kepada Uni Eropa yang memuat daftar tarif baru akan dikirim dalam dua hari. Ini memunculkan ancaman nyata terhadap ekspor kawasan tersebut dan bisa mendorong bank sentral Eropa (ECB) untuk mengambil sikap lebih hati-hati dalam waktu dekat.
Pasangan EUR/USD saat ini stabil di kisaran 1,17, setelah sempat terdorong oleh data Non-Farm Payrolls (NFP) AS yang kuat. Namun, selisih suku bunga swap dua tahun antara euro dan dolar masih cukup lebar, mengindikasikan bahwa potensi kenaikan euro masih terbatas selama ketidakpastian ini berlangsung.
Meski tekanan terhadap euro tampak jelas, potensi dampaknya terhadap dolar juga tak bisa diabaikan. Jika AS benar-benar memberlakukan tarif tinggi kepada Uni Eropa, sentimen risiko bisa memburuk dan dolar justru terpukul bersama euro.
Dolar Kiwi: Stabil untuk Saat Ini, Tapi Risiko Masih Mengintai
Di sisi lain dunia, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap, meski tetap membuka kemungkinan pemangkasan pada akhir tahun. Dalam pernyataannya, RBNZ menegaskan bahwa meski tekanan inflasi belum sepenuhnya reda, risiko terhadap pertumbuhan global yang melambat tetap menjadi perhatian utama.
Pasar merespons pengumuman ini dengan fluktuasi terbatas pada NZD/USD yang kembali ke kisaran 0,600. Meski tidak ada kejutan signifikan, pelaku pasar tetap menilai probabilitas pemangkasan suku bunga di akhir tahun sebagai sesuatu yang cukup besar — tergantung pada data inflasi dan ketenagakerjaan yang akan dirilis pada Juli dan Agustus.
NZD memiliki keunggulan karena eksposurnya yang lebih kecil terhadap perang dagang AS dibandingkan mata uang G10 lainnya. Selain itu, hubungan dagang yang lebih stabil dengan China memberikan lapisan perlindungan tambahan bagi dolar Kiwi.
Kesimpulan: Notulen FOMC Bisa Jadi Penentu Tren Jangka Pendek
Pasar mata uang global saat ini bergerak dalam ruang sempit, dengan volatilitas rendah dan fokus tertuju pada data ekonomi serta sinyal dari bank sentral utama dunia. Rilis notulen FOMC malam ini menjadi titik krusial yang bisa mengubah ekspektasi pasar terhadap arah suku bunga The Fed dan pergerakan dolar AS dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, ketegangan tarif yang terus membayangi baik di kawasan Asia maupun Eropa menjadi risiko tambahan yang bisa memperkeruh arah pasar. Untuk saat ini, strategi terbaik adalah tetap waspada terhadap kejutan kebijakan dan data ekonomi utama yang akan menentukan arah pasar hingga akhir kuartal ketiga 2025.