OJK Pastikan Sektor Jasa Keuangan Indonesia Tetap Tangguh di Tengah Gejolak Demonstrasi

OJK menegaskan sektor jasa keuangan Indonesia tetap solid dan tangguh meski diwarnai demonstrasi. Dengan modal kuat, likuiditas memadai, dan risiko terkendali, stabilitas ekonomi RI terus terjaga.

PipTrail – Di tengah gelombang demonstrasi yang sempat memicu kekhawatiran publik, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap dalam kondisi tangguh (resilient). Keyakinan ini disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers rutin hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Agustus 2025 pada Kamis, 4 September 2025.

Menurut Mahendra, ketahanan sektor keuangan nasional bukan sekadar klaim, melainkan tercermin dari sejumlah indikator fundamental. “Tingkat permodalan industri perbankan kita solid, likuiditas sangat memadai, dan profil risiko tetap terkendali,” jelasnya.

Pasar Saham Bukti Resiliensi

Selain indikator permodalan, Mahendra juga menyoroti perkembangan pasar modal, khususnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatat rekor positif. Sepanjang Agustus 2025, IHSG berhasil menembus level all-time high di 7.830, naik 4,63% secara month-to-date. Bahkan jika dibandingkan dengan posisi akhir 2024, IHSG sudah menguat 10,60% dengan kapitalisasi pasar menyentuh Rp14.182 triliun.

“Memang sempat terjadi volatilitas beberapa hari sebelumnya, tetapi perkembangan terkini menunjukkan dampaknya relatif terbatas,” tambah Mahendra. Artinya, meskipun ada gejolak sosial-politik, kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia masih cukup kuat.

Perbankan Tetap Berjalan Normal

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa demonstrasi tidak memberikan dampak signifikan terhadap operasional perbankan. Memang terdapat beberapa penyesuaian, seperti penutupan sementara atau pembatasan jam operasional di cabang yang berada dekat lokasi unjuk rasa. Namun langkah itu sifatnya preventif, bukan akibat gangguan langsung.

“Ini adalah upaya normal untuk memastikan layanan perbankan tetap optimal, sekaligus menjaga keamanan nasabah dan karyawan,” ungkap Dian.

Lebih lanjut, OJK memastikan tidak ada indikasi penarikan dana dalam jumlah besar oleh nasabah. “Dalam seminggu terakhir, pergerakan dana baik inflow maupun outflow berjalan normal. Tidak terlihat adanya tren penarikan dana signifikan,” kata Dian. Ia menambahkan bahwa pola pergerakan dana pihak ketiga (DPK) masih sesuai siklus reguler akhir dan awal bulan.

Stabilitas Makro Tetap Terjaga

Resiliensi sektor jasa keuangan ini menjadi pondasi penting untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian—mulai dari gejolak harga komoditas, suku bunga global, hingga tensi geopolitik—kemampuan Indonesia menjaga stabilitas sektor keuangan adalah sinyal positif bagi investor domestik maupun asing.

OJK menekankan bahwa kunci stabilitas terletak pada kombinasi permodalan kuat, likuiditas yang sehat, serta disiplin dalam manajemen risiko. Faktor-faktor inilah yang membuat sektor keuangan nasional mampu menyerap guncangan eksternal maupun internal.

Momentum Optimisme Investor

Penguatan IHSG hingga ke rekor tertinggi juga mencerminkan bahwa optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia masih tinggi. Kenaikan kapitalisasi pasar menunjukkan bahwa sektor riil tetap mendapat dukungan dari pasar modal. Dalam jangka menengah, hal ini bisa memperkuat arus investasi langsung maupun tidak langsung ke Indonesia.

Meski demikian, OJK tetap mengingatkan adanya potensi risiko yang harus diantisipasi. Volatilitas pasar dapat meningkat sewaktu-waktu, terutama jika terjadi eskalasi geopolitik global atau tekanan inflasi yang mendorong perubahan kebijakan moneter di negara-negara maju.

Peran Penting Perbankan

Sektor perbankan sebagai tulang punggung jasa keuangan Indonesia terbukti berfungsi normal meski ada gangguan di beberapa titik. Normalnya arus dana nasabah memperlihatkan tingkat kepercayaan yang masih tinggi terhadap sistem perbankan nasional. Hal ini sangat penting karena kepercayaan publik adalah fondasi dari sistem keuangan.

Tanpa kepercayaan, risiko penarikan dana besar-besaran (bank run) bisa terjadi. Namun, OJK menegaskan bahwa sampai saat ini kondisi tersebut sama sekali tidak terlihat. Justru bank-bank nasional dinilai cukup fleksibel dalam beradaptasi dengan situasi lapangan.

Pernyataan OJK menjadi angin segar bagi publik dan investor di tengah maraknya demonstrasi yang sempat menimbulkan kekhawatiran. Dengan indikator fundamental yang kuat, pasar modal yang solid, serta perbankan yang tetap melayani secara optimal, sektor jasa keuangan Indonesia terbukti resilient.

Ke depan, tantangan tentu masih ada, baik dari sisi domestik maupun global. Namun, kesiapan OJK dan pelaku industri jasa keuangan dalam mengantisipasi risiko menjadi jaminan bahwa stabilitas keuangan nasional akan tetap terjaga.

Related Posts

Emas Tembus Rekor Baru di Tengah Pelemahan Dolar, Investor Fokus ke Data ISM dan Arah Kebijakan The Fed

Harga emas mencetak rekor tertinggi baru di level 3508,70 ditopang pelemahan dolar AS. Investor menanti rilis data ISM manufaktur dan arah kebijakan The Fed yang bisa memicu volatilitas pasar. PipTrail…

Surplus Dagang RI Tembus US$4,17 Miliar, Jadi Penopang Kuat Ekonomi di Tengah Tantangan Global

Surplus dagang Indonesia pada Juli 2025 mencapai US$4,17 miliar. Bank Indonesia menilai pencapaian ini memperkuat ketahanan ekonomi RI, ditopang ekspor nonmigas dan permintaan dari Tiongkok, AS, serta India. PipTrail – …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *