PMI Manufaktur Tiongkok Oktober 2025 Turun ke 49, Sinyal Tekanan Baru bagi Ekonomi China

PMI Manufaktur Tiongkok Oktober 2025 turun ke 49, menandakan kontraksi aktivitas industri di China. Sementara itu, PMI Non-Manufaktur naik ke 50,1, memberi sinyal stabilisasi sektor jasa.

PipTrail – PMI Manufaktur Tiongkok Oktober 2025 yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan penurunan tajam menjadi 49, dari sebelumnya 49,8 pada September. Meski angka ini sedikit lebih baik dari ekspektasi pasar di 49,6, posisi di bawah level 50 tetap menandakan adanya kontraksi aktivitas manufaktur di negara ekonomi terbesar Asia tersebut.

Sebaliknya, PMI Non-Manufaktur Tiongkok justru naik tipis menjadi 50,1, menandakan sektor jasa dan konstruksi masih mencatatkan ekspansi moderat. Kenaikan ini menjadi sinyal positif bahwa sebagian aktivitas ekonomi di luar sektor manufaktur tetap tumbuh di tengah tantangan global dan domestik.

Perbedaan arah antara sektor manufaktur dan non-manufaktur mencerminkan ketidakseimbangan pemulihan ekonomi Tiongkok. Pemerintah masih berupaya menyeimbangkan strategi antara mendukung industri berat dan mendorong konsumsi domestik melalui jasa dan sektor digital.

Detail Data PMI Manufaktur dan Non-Manufaktur

Menurut laporan resmi NBS, penurunan PMI Manufaktur terutama disebabkan oleh beberapa faktor penting. Pertama, terjadi penurunan output dan pesanan baru, baik dari pasar dalam negeri maupun ekspor. Produsen melaporkan bahwa permintaan dari pasar Eropa dan Amerika Serikat belum sepenuhnya pulih, sementara pesanan domestik masih lesu akibat kepercayaan konsumen yang rendah.

Kedua, biaya input meningkat akibat kenaikan harga energi dan bahan baku global. Kondisi ini menekan margin keuntungan bagi perusahaan manufaktur, terutama yang bergantung pada impor bahan mentah.

Ketiga, indeks lapangan kerja di sektor manufaktur mengalami penurunan. Banyak perusahaan masih menahan perekrutan baru, sementara beberapa bahkan melakukan efisiensi tenaga kerja untuk menekan biaya operasional.

Sementara itu, di sisi Non-Manufaktur, subsektor seperti perdagangan, transportasi, logistik, dan keuangan menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Aktivitas konstruksi juga mengalami sedikit rebound setelah adanya pelonggaran kebijakan di sektor properti. Pemerintah Tiongkok berupaya menstabilkan pasar perumahan melalui langkah-langkah pembiayaan dan dukungan bagi pengembang besar yang sebelumnya menghadapi tekanan likuiditas.

Analisis: Apa Arti Angka PMI 49 Bagi Ekonomi China?

Angka PMI 49 menandakan bahwa sektor manufaktur Tiongkok sedang berada dalam fase kontraksi, atau dengan kata lain, aktivitas produksi dan permintaan menurun dibanding bulan sebelumnya. Level di bawah 50 biasanya diartikan sebagai tanda kehati-hatian para pelaku industri terhadap prospek ekonomi.

Meskipun kontraksi yang terjadi tidak terlalu dalam, tren penurunan selama dua bulan berturut-turut memberi sinyal bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok masih rapuh. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai stimulus fiskal dan moneter, termasuk penurunan suku bunga dan peningkatan belanja infrastruktur, namun dampaknya belum sepenuhnya dirasakan oleh sektor manufaktur.

Tekanan dari faktor eksternal seperti melemahnya permintaan global, perlambatan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat, serta fluktuasi harga energi juga memperburuk kinerja ekspor Tiongkok. Selain itu, transisi menuju energi bersih dan produksi bernilai tambah tinggi membuat sebagian industri tradisional menghadapi tantangan transformasi yang tidak mudah.

Ekonom menilai, agar PMI dapat kembali menembus level ekspansi di atas 50, diperlukan kebijakan yang lebih terarah untuk memperkuat permintaan domestik. Peningkatan konsumsi rumah tangga, dukungan bagi industri kecil menengah, dan investasi di sektor teknologi tinggi menjadi kunci bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Dampak ke Pasar Keuangan Global

Reaksi pasar keuangan terhadap data ini relatif tenang. Saat laporan dirilis, pasangan mata uang AUD/USD bergerak mendatar di sekitar 0,6555, mencerminkan sikap hati-hati investor yang masih menimbang data ekonomi global secara keseluruhan.

Kinerja indeks saham di kawasan Asia pun beragam. Indeks Hang Seng di Hong Kong mengalami sedikit penurunan, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan Tiongkok yang belum stabil. Di sisi lain, pasar saham daratan Tiongkok menunjukkan pergerakan terbatas karena pelaku pasar menunggu langkah lanjutan pemerintah dalam mendukung industri.

Harga komoditas industri seperti tembaga dan aluminium juga sempat bergerak turun tipis. Sebagai negara konsumen logam terbesar di dunia, setiap pelemahan aktivitas manufaktur Tiongkok langsung berdampak terhadap permintaan global terhadap bahan mentah. Namun, sebagian analis menilai penurunan harga ini bersifat sementara, terutama jika pemerintah melanjutkan proyek infrastruktur besar menjelang akhir tahun.

Prospek PMI Manufaktur Tiongkok ke Depan

Menjelang kuartal terakhir 2025, sejumlah faktor diperkirakan dapat mendukung pemulihan aktivitas manufaktur. Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) masih mempertahankan kebijakan moneter yang longgar untuk menjaga likuiditas di pasar keuangan. Pemerintah juga berencana memperluas stimulus infrastruktur, terutama di sektor energi terbarukan, transportasi, dan teknologi tinggi.

Selain itu, kebijakan dukungan pajak dan kredit bagi perusahaan di sektor kendaraan listrik, semikonduktor, dan manufaktur presisi diharapkan bisa memperkuat momentum produksi. Namun demikian, risiko ketidakpastian global masih tinggi. Jika permintaan ekspor tidak membaik, maka potensi PMI Manufaktur tetap di bawah 50 hingga akhir tahun.

Beberapa analis memperkirakan bahwa PMI Tiongkok bisa naik ke kisaran 50,2–50,5 pada Desember 2025, seiring peningkatan aktivitas menjelang musim liburan Tahun Baru Imlek. Peningkatan belanja konsumen dan dorongan pemerintah terhadap proyek infrastruktur diperkirakan menjadi pendorong utama pemulihan sementara di akhir tahun.

Secara keseluruhan, PMI Manufaktur Tiongkok Oktober 2025 menunjukkan bahwa sektor industri masih menghadapi tekanan akibat lemahnya permintaan dan tingginya biaya produksi. Namun, sektor non-manufaktur memberikan secercah harapan dengan kenaikan tipis yang menandakan stabilisasi di sisi jasa dan konstruksi.

Data ini memperlihatkan bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok belum sepenuhnya merata. Untuk menjaga momentum pertumbuhan, pemerintah perlu terus menyeimbangkan kebijakan antara mendorong ekspor, memperkuat permintaan domestik, dan memacu inovasi industri.

Investor global kini menunggu langkah lanjutan dari otoritas Tiongkok dalam mengarahkan ekonomi menuju fase ekspansi yang lebih berkelanjutan. Jika kebijakan stimulus berjalan efektif dan kepercayaan pasar membaik, PMI di bulan-bulan berikutnya berpotensi kembali ke zona ekspansi, menandai awal dari pemulihan industri yang lebih solid.

Related Posts

Option Valas NY Cut 31 Oktober 2025, EUR/USD, USD/JPY, dan AUD/USD Catat Nilai Besar

Option Valas NY Cut 31 Oktober 2025 mencatat nilai besar pada pasangan USD/JPY dan USD/CAD, sementara EUR/USD dan AUD/USD juga menunjukkan pergerakan signifikan di pasar derivatif valas global. PipTrail –…

Inflasi IHK Australia Kuartal III 2025 Naik 1,3% AUD Menguat Lawan Dolar AS

Inflasi IHK Australia Kuartal III 2025 naik 1,3% QoQ, melampaui ekspektasi pasar 1,1%. Data ABS mendorong penguatan Dolar Australia (AUD) terhadap Dolar AS (USD) menjelang keputusan kebijakan moneter RBA. PipTrail…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *