Rupiah Bertahan di Tengah Badai: Modal Asing Kabur, Shutdown AS Jadi Ancaman Global

Rupiah menguat tipis meski dihantam tekanan ganda: keluarnya modal asing, naiknya risiko global, hingga ancaman shutdown AS. Simak analisis lengkap BI, data ekonomi AS, dan prospek rupiah ke depan.

PipTrail –  Nilai tukar rupiah kembali menjadi sorotan pada awal pekan ini. Mata uang Garuda sempat menguat tipis terhadap dolar AS menjelang pembukaan sesi Eropa, Senin (29/9/2025). Kurs spot tercatat di level Rp16.676 per dolar AS, naik sekitar 50 poin atau 0,30% dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya. Pasangan USD/IDR sempat dibuka di Rp16.689,9, menyentuh level tertinggi harian Rp16.712,5, sebelum akhirnya terkoreksi ke kisaran saat ini.

Meski penguatan ini memberi napas setelah pelemahan tajam pekan lalu, tekanan eksternal masih membayangi. Faktor utama datang dari arus modal asing yang terus keluar dan ketidakpastian kebijakan fiskal Amerika Serikat yang berpotensi memicu government shutdown.

Tekanan Arus Modal Asing dan Respons Bank Indonesia

Data mingguan Bank Indonesia (BI) memperlihatkan meningkatnya kehati-hatian investor global terhadap aset Indonesia. Imbal hasil obligasi pemerintah (SBN) tenor 10 tahun naik ke 6,43%, bertahan tinggi di level 6,435% per 29 September. Hal ini mencerminkan adanya tekanan di pasar obligasi domestik.

Tak hanya itu, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun melonjak tajam menjadi 83,18 basis poin (bps), jauh lebih tinggi dibanding 69,59 bps sepekan sebelumnya. Lonjakan CDS ini menandakan persepsi risiko terhadap fundamental keuangan Indonesia ikut meningkat di mata pelaku pasar luar negeri.

Kondisi ini tercermin jelas dalam arus modal asing. Pada minggu keempat September, investor nonresiden mencatatkan jual bersih (net sell) sebesar Rp2,71 triliun, terdiri dari pelepasan SBN dan SRBI, meski pasar saham masih mencatat pembelian terbatas.

Sejak awal tahun, investor asing sudah mencatatkan:

  • Jual neto Rp128,85 triliun di SRBI

  • Jual neto Rp51,34 triliun di saham

  • Beli neto Rp36,25 triliun di pasar SBN

Ketimpangan ini memperlihatkan tekanan arus keluar modal yang belum mereda. Situasi tersebut menjadi beban tambahan bagi rupiah, meskipun The Fed mulai melonggarkan suku bunga.

Untuk menjaga stabilitas, BI menegaskan komitmen intervensi di berbagai instrumen. Langkah-langkah yang ditempuh mencakup intervensi pasar spot, pasar valas internasional, hingga pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder. Tujuannya jelas: mencegah pelemahan rupiah berkembang menjadi guncangan sistemik pada stabilitas keuangan nasional.

Data Ekonomi AS: Inflasi Stabil, Konsumen Melemah

Dari sisi eksternal, data fundamental ekonomi AS yang dirilis Jumat malam lalu memperlihatkan hasil beragam.

  • Indeks Harga Konsumsi Pribadi (PCE) Agustus naik 0,3% MoM dan 2,7% YoY, sesuai ekspektasi pasar.

  • PCE Inti, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, naik 0,2% MoM dan 2,9% YoY, menunjukkan inflasi inti masih cukup bertahan.

  • Pendapatan pribadi tumbuh 0,4% (sesuai konsensus).

  • Belanja pribadi naik 0,8%, lebih tinggi dari proyeksi 0,5%, mencerminkan konsumsi rumah tangga tetap solid.

Namun, sentimen konsumen melemah. Indeks Universitas Michigan turun ke 55,1 dari 55,4 sebelumnya. Ekspektasi inflasi 1 tahun direvisi naik ke 4,7% dan inflasi 5 tahun ke 3,7%. Data ini mencerminkan adanya kecemasan konsumen terhadap arah perekonomian.

Shutdown Pemerintah AS Jadi Ancaman Baru

Di luar data, pasar kini dihantui ketidakpastian politik. Presiden Donald Trump dijadwalkan bertemu pimpinan Kongres pada Senin untuk membahas pendanaan pemerintah federal. Jika tidak ada kesepakatan, government shutdown bisa dimulai 1 Oktober.

Shutdown berpotensi memperburuk sentimen global sekaligus menunda rilis data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan AS. Kebuntuan fiskal ini terjadi di saat pasar masih menimbang arah kebijakan The Fed.

Fokus Pasar Minggu Ini: Data Ketenagakerjaan

Meski ancaman shutdown membayangi, pelaku pasar tetap fokus pada serangkaian data tenaga kerja AS.

  • JOLTS Agustus (Selasa): meski data bersifat lagging, hasil jauh di bawah 7 juta atau di atas 7,5 juta bisa memicu volatilitas.

  • ADP Employment Change & PMI Manufaktur ISM (Rabu–Kamis): jika pertumbuhan tenaga kerja lebih dari 70.000 dan PMI naik di atas 50, dolar bisa menguat kembali.

  • Nonfarm Payrolls (NFP) September (Jumat): menjadi puncak perhatian. Setelah beberapa bulan hasil mengecewakan, laporan lemah lain dapat memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember.

Dalam skenario tersebut, dolar AS bisa melemah, imbal hasil Treasury turun, dan memberi ruang bagi rupiah untuk pulih—dengan catatan sentimen risiko global ikut membaik.

Rupiah memang menguat tipis di awal pekan, tetapi tekanan eksternal masih dominan. Arus modal asing keluar, kenaikan CDS, dan ketidakpastian fiskal AS menjadi faktor utama yang menahan penguatan lebih lanjut.

Langkah BI menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi pasar menjadi kunci jangka pendek. Namun, arah rupiah dalam beberapa hari ke depan akan sangat bergantung pada hasil data ketenagakerjaan AS dan potensi terjadinya shutdown pemerintah AS.

Jika The Fed memberi sinyal pelonggaran lebih lanjut dan shutdown memperlemah dolar, rupiah berpeluang mendapatkan momentum pemulihan. Namun sebaliknya, jika data tenaga kerja kuat dan dolar AS kembali menguat, rupiah bisa kembali tertekan.

Related Posts

IHSG Berpotensi Tembus 8.200! Ini Saham Unggulan yang Direkomendasikan Analis Hari Ini

PipTrail – IHSG berpeluang menembus level 8.200 hari ini! Simak analisis teknikal, faktor pendorong pasar, dan rekomendasi saham pilihan analis seperti BBRI, SCMA, dan SGER yang siap cuan besar. Indeks…

Yen Jatuh ke Level Terendah 2 Bulan: Taruhan Pelonggaran Fiskal dan Dovish BoJ & The Fed Menjadi Pendorong

Yen Jepang melemah ke posisi terendah dalam dua bulan terhadap USD di tengah ekspektasi pelonggaran fiskal Jepang dan sinyal dovish dari BoJ & The Fed. Simak analisis teknikal dan faktor-faktor…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *