Rupiah Menguat Jadi Primadona Asia, Ditutup di Rp 16.462 per Dolar AS

Rupiah menguat ke Rp 16.462 per dolar AS pada 11 September 2025, menjadikannya primadona mata uang terkuat di Asia. Simak faktor pendorong, perbandingan dengan mata uang lain, dan prospeknya.

PipTrail – Nilai tukar rupiah menorehkan prestasi gemilang di pasar spot pada perdagangan Kamis, 11 September 2025. Mata uang Garuda ditutup menguat ke level Rp 16.462 per dolar Amerika Serikat (AS), menjadikannya salah satu yang paling solid di kawasan Asia.

Penguatan ini setara dengan 0,05% lebih tinggi dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya di Rp 16.470 per dolar AS. Dengan pencapaian tersebut, rupiah sukses menyandang predikat mata uang terkuat di Asia pada hari ini.

Rupiah Jadi Bintang di Tengah Koreksi Mata Uang Asia

Kinerja rupiah semakin menonjol karena mayoritas mata uang Asia justru terkoreksi terhadap dolar AS. Hingga pukul 15.00 WIB, pasar memperlihatkan tren pelemahan di hampir seluruh mata uang utama kawasan, kecuali rupiah dan dolar Hong Kong.

Berikut rincian pergerakan mata uang Asia pada penutupan perdagangan:

  • Won Korea Selatan: melemah paling dalam, anjlok 0,34%

  • Rupee India: terkoreksi 0,25%

  • Yen Jepang: turun 0,22%

  • Baht Thailand: terkoreksi 0,17%

  • Dolar Singapura: melemah 0,13%

  • Peso Filipina & Dolar Taiwan: sama-sama melemah 0,12%

  • Ringgit Malaysia: turun tipis 0,05%

  • Yuan China: melemah 0,03%

  • Dolar Hong Kong: menguat tipis 0,03%

Dari daftar tersebut, rupiah menonjol dengan penguatan terbesar, meninggalkan rival-rivalnya yang sebagian besar melemah terhadap dolar AS.

Faktor Pendorong Kekuatan Rupiah

Penguatan rupiah di tengah tekanan global tentu tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong:

  1. Fundamental Ekonomi Domestik yang Stabil
    Inflasi Indonesia yang relatif terkendali serta neraca perdagangan yang tetap surplus memberikan dukungan positif bagi nilai tukar rupiah.

  2. Intervensi dan Kebijakan Bank Indonesia (BI)
    BI terus menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi di pasar spot maupun Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Langkah ini membuat rupiah lebih tahan terhadap gejolak eksternal.

  3. Arus Modal Asing ke Pasar Obligasi
    Masuknya investor asing ke pasar obligasi pemerintah memberikan tambahan pasokan dolar, yang mendukung penguatan rupiah.

  4. Pelemahan Mata Uang Asia Lainnya
    Ketika sebagian besar mata uang Asia tertekan, rupiah tampil beda dengan kinerja positif. Hal ini meningkatkan citra rupiah sebagai mata uang yang lebih resilient di kawasan.

Rupiah vs Dolar AS: Pertarungan Masih Panjang

Meskipun rupiah berhasil menutup perdagangan dengan posisi menguat, tantangan masih terbentang ke depan. Dolar AS masih mendapat dukungan kuat dari data ekonomi Amerika Serikat yang positif, termasuk inflasi dan pasar tenaga kerja yang solid.

Selain itu, kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang cenderung hawkish juga berpotensi menekan mata uang emerging markets, termasuk rupiah, dalam jangka menengah.

Oleh karena itu, penguatan rupiah hari ini perlu dilihat sebagai capaian positif, tetapi bukan berarti tantangan global sudah usai.

Rupiah Jadi Magnet di Tengah Ketidakpastian Global

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh konflik geopolitik, volatilitas harga komoditas, dan tren suku bunga tinggi, rupiah justru mampu menunjukkan ketahanan.

Bagi investor, hal ini menjadi sinyal bahwa Indonesia masih cukup atraktif sebagai tujuan investasi, baik di pasar saham maupun obligasi. Stabilitas nilai tukar akan semakin memperkuat daya tarik Indonesia di mata investor global.

Prospek Rupiah dalam Jangka Pendek

Ke depan, pergerakan rupiah akan tetap dipengaruhi oleh sejumlah faktor:

  • Kebijakan moneter Bank Indonesia terkait suku bunga acuan.

  • Perkembangan harga komoditas seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel, yang berkontribusi besar terhadap surplus perdagangan Indonesia.

  • Pergerakan dolar AS yang sangat dipengaruhi oleh data ekonomi dan pernyataan pejabat The Fed.

  • Situasi geopolitik global yang bisa memengaruhi arus modal asing.

Selama faktor-faktor domestik tetap mendukung, peluang rupiah untuk menjaga penguatan relatif masih terbuka, meski tekanan eksternal tetap membayangi.

Rupiah berhasil menjadi primadona Asia pada Kamis, 11 September 2025, dengan ditutup menguat ke Rp 16.462 per dolar AS. Capaian ini menjadi pencapaian penting di tengah kondisi global yang menekan sebagian besar mata uang Asia.

Dengan dukungan fundamental ekonomi yang solid, kebijakan Bank Indonesia, dan minat investor asing, rupiah menunjukkan daya tahan yang patut diapresiasi. Meski jalan ke depan masih penuh tantangan, rupiah telah membuktikan diri sebagai mata uang yang tangguh dan berpotensi terus menjadi sorotan di kawasan.

Related Posts

Option Valas NY Cut 31 Oktober 2025, EUR/USD, USD/JPY, dan AUD/USD Catat Nilai Besar

Option Valas NY Cut 31 Oktober 2025 mencatat nilai besar pada pasangan USD/JPY dan USD/CAD, sementara EUR/USD dan AUD/USD juga menunjukkan pergerakan signifikan di pasar derivatif valas global. PipTrail –…

PMI Manufaktur Tiongkok Oktober 2025 Turun ke 49, Sinyal Tekanan Baru bagi Ekonomi China

PMI Manufaktur Tiongkok Oktober 2025 turun ke 49, menandakan kontraksi aktivitas industri di China. Sementara itu, PMI Non-Manufaktur naik ke 50,1, memberi sinyal stabilisasi sektor jasa. PipTrail – PMI Manufaktur…

One thought on “Rupiah Menguat Jadi Primadona Asia, Ditutup di Rp 16.462 per Dolar AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *