
Rupiah menguat ke Rp16.195 per dolar AS pada Kamis sore, didorong optimisme atas kesepakatan dagang RI-AS dan pelemahan dolar global. Analis prediksi tren positif berlanjut besok.
PipTrail – Nilai tukar rupiah mencatat penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis sore. Rupiah ditutup menguat 51 poin atau 0,32 persen ke level Rp16.195 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) juga mencatat penguatan, menempatkan rupiah di level Rp16.209 per dolar AS.
Kinerja mata uang Garuda hari ini disambut positif pelaku pasar, terutama karena terjadi di tengah ketidakpastian global dan ketegangan kebijakan fiskal AS yang masih membayangi nilai tukar dolar secara internasional.
Rupiah Kuat Berkat Harapan Kesepakatan RI-AS
Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang mendukung penguatan rupiah hari ini adalah harapan terhadap kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat. Hal ini menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut negaranya telah mencapai pemahaman dagang awal dengan Vietnam.
“Pasar menafsirkan pernyataan tersebut sebagai sinyal positif bahwa negosiasi serupa dengan negara lain, termasuk Indonesia, bisa terjadi dalam waktu dekat. Ini memicu sentimen risk-on terhadap aset negara berkembang, termasuk rupiah,” ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Dolar AS Masih Tertekan oleh Ketidakpastian Domestik
Selain faktor eksternal dari Asia Tenggara, dolar AS sendiri tengah berada dalam tekanan. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi gagalnya Rancangan Undang-Undang (RUU) Pajak yang diajukan Presiden Trump, yang dianggap kontroversial dan tidak mendapat dukungan penuh di Kongres.
Ketidakpastian politik dan fiskal AS turut menggerus permintaan terhadap dolar AS sebagai mata uang safe haven, dan mendorong investor global mencari alternatif investasi di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Kondisi ini membuat dolar tidak terlalu atraktif saat ini. Investor lebih tertarik pada mata uang dengan prospek stabilitas yang lebih baik, seperti rupiah,” tambah Lukman.
Kinerja Campuran Mata Uang Asia dan Global
Di kawasan Asia, pergerakan mata uang menunjukkan kecenderungan yang bervariasi, mencerminkan pengaruh global yang belum konsisten:
-
Yen Jepang melemah 0,02%
-
Dolar Singapura menguat 0,11%
-
Won Korea Selatan melemah 0,19%
-
Yuan China naik tipis 0,02%
-
Ringgit Malaysia naik 0,24%
-
Baht Thailand naik 0,01%
Sementara itu, mata uang negara maju juga menunjukkan pola serupa:
-
Euro Eropa menguat 0,06%
-
Poundsterling Inggris naik 0,26%
-
Dolar Australia turun 0,06%
-
Franc Swiss naik 0,13%
Data ini menunjukkan bahwa rupiah termasuk dalam kelompok mata uang yang mencatat performa positif, meskipun volatilitas masih tinggi akibat dinamika global.
Proyeksi Rupiah untuk Perdagangan Besok
Melihat kondisi terkini, analis mata uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan bahwa penguatan rupiah berpotensi berlanjut pada perdagangan Jumat (4/7). Ia memproyeksikan kurs rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.140 hingga Rp16.200 per dolar AS.
“Selama tidak ada tekanan dari data ekonomi AS atau keputusan mendadak dari The Fed, rupiah punya peluang untuk terus menguat di kisaran saat ini,” ujarnya.
Faktor eksternal seperti data ketenagakerjaan AS, perkembangan geopolitik, dan rencana kenaikan tarif impor oleh pemerintah Trump akan tetap menjadi faktor penentu arah pergerakan rupiah dalam beberapa hari mendatang.
Strategi Bank Indonesia Tetap Diperhitungkan
Sementara itu, Bank Indonesia tetap memantau pergerakan pasar dan diperkirakan akan intervensi secara selektif jika terjadi volatilitas yang mengganggu stabilitas rupiah.
BI selama ini dinilai cukup berhasil dalam menahan tekanan terhadap rupiah dengan kombinasi kebijakan moneter dan intervensi pasar valas, tanpa harus menguras cadangan devisa secara besar-besaran.
Sinyal Positif bagi Rupiah, Tapi Waspadai Tekanan Lanjutan
Penguatan rupiah ke Rp16.195 per dolar AS pada Kamis ini menjadi angin segar bagi pelaku pasar dan perekonomian nasional secara umum. Kinerja positif ini didorong oleh optimisme terhadap hubungan dagang bilateral Indonesia-AS dan melemahnya dolar akibat ketidakpastian kebijakan domestik AS.
Namun, investor disarankan tetap meletakkan kewaspadaan tinggi terhadap potensi volatilitas, terutama menjelang rilis data ekonomi penting AS dan perkembangan isu geopolitik internasional.
Jika sentimen positif saat ini bisa dipertahankan, dan kesepakatan dagang bilateral berhasil tercapai, maka bukan tidak mungkin rupiah bisa menguji kembali level psikologis Rp16.100, atau bahkan lebih kuat lagi.