Trump Ancam Tarif 35% ke Jepang, Pasar Keuangan Berguncang dan USD/JPY Bergejolak

PipTrail – Presiden AS Donald Trump mengancam tarif 35% terhadap Jepang, memicu gejolak kurs USD/JPY. Ancaman ini meningkatkan risiko ekonomi Jepang dan membuat pasar global waspada terhadap dampak lebih luas.

Pasar keuangan global kembali terguncang setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif tinggi terhadap Jepang jika kesepakatan dagang antara kedua negara tak kunjung tercapai. Ancaman tersebut memicu volatilitas besar dalam nilai tukar USD/JPY, yang sempat melorot tajam namun mulai menunjukkan konsolidasi pada level 143.00.

Situasi ini mempertegas kembali sensitivitas pasar terhadap kebijakan proteksionisme, terutama ketika melibatkan negara-negara ekonomi utama seperti Jepang dan Amerika Serikat.

Ancaman Trump Tarif 35% Jika Jepang Tak Tunduk

Dalam pernyataan yang dirilis pada Selasa malam waktu AS, Trump mengatakan akan mengenakan tarif sebesar 30% hingga 35% terhadap produk-produk asal Jepang jika negosiasi dagang tak menghasilkan kesepakatan sebelum tenggat waktu 9 Juli 2025. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari tarif resiprokal yang sempat dibahas sebelumnya dan akan diberlakukan pada 2 April.

“Amerika memiliki defisit perdagangan yang sangat besar dengan Jepang. Kami ingin mereka mengimpor lebih banyak produk kami, termasuk beras. Jika tidak, kami akan bertindak,” ujar Trump dalam pidatonya di depan pendukungnya di Ohio.

Namun, delegasi Jepang menolak tekanan tersebut, khususnya terkait dengan impor beras, mengingat sensitivitas pangan di dalam negeri yang tinggi.

Dampak Langsung ke Pasar Valuta Asing

Ancaman tarif tersebut langsung berdampak pada pasar forex, khususnya pasangan mata uang USD/JPY. Selama sepekan terakhir, USD/JPY mengalami tekanan karena investor global cenderung menghindari dolar AS yang tengah diselimuti ketidakpastian kebijakan. Yen Jepang yang dikenal sebagai safe haven sempat menguat, tetapi pernyataan Trump membuat penguatan Yen terhenti sementara.

Analis dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) memperingatkan bahwa eskalasi ini dapat memberikan tekanan lebih besar terhadap nilai tukar Yen ke depan.

“Jika Jepang gagal mencapai kesepakatan, risiko akan lebih spesifik ke Jepang. Namun, jika banyak negara lain juga gagal bernegosiasi dengan AS, dampaknya akan lebih luas dan Yen bisa tetap stabil,” tulis analis MUFG dalam laporan hariannya.

Risiko Ekonomi Jepang Menguat, BoJ Bisa Revisi Kebijakan

Ketidakpastian ini juga memicu kekhawatiran bahwa perekonomian Jepang akan terguncang jika tarif tinggi benar-benar diberlakukan. Mengingat ketergantungan Jepang pada perdagangan internasional, sanksi dagang dari AS bisa berdampak signifikan terhadap ekspor dan pertumbuhan ekonomi.

Situasi ini membuat para analis memperkirakan bahwa Bank of Japan (BoJ) kemungkinan harus meninjau kembali rencana kenaikan suku bunga yang sebelumnya telah disiapkan sebagai bagian dari normalisasi kebijakan moneter pasca-pandemi.

“BoJ berada dalam posisi sulit. Di satu sisi inflasi mulai terkendali, di sisi lain ancaman eksternal seperti tarif AS dapat memukul sektor ekspor dan menghambat pertumbuhan,” ujar Naoko Hoshino, analis senior ekonomi di Tokyo.

Reaksi Pasar Global Para Investor Pantau Setiap Gerak Trump

Ancaman proteksionisme Trump juga menambah tekanan terhadap sentimen global yang sudah goyah akibat berbagai isu seperti ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi China, dan krisis fiskal di Inggris. Di pasar mata uang, Yen masih menunjukkan ketangguhan relatif terhadap sejumlah mata uang lain seperti GBP, meskipun USD/JPY mengalami fluktuasi signifikan.

“Saat ini bukan hanya soal Jepang. Pasar melihat apakah Trump juga akan melontarkan ancaman serupa ke negara lain. Jika iya, ini bisa jadi gelombang proteksionisme lanjutan seperti era 2018-2019,” kata Clara Evans, kepala strategi mata uang di Barclays.

Tenggat 9 Juli Jadi Momen Penentu

Seluruh perhatian pasar kini tertuju pada 9 Juli 2025, tenggat waktu yang disebut Trump sebagai batas akhir negosiasi dagang dengan Jepang. Jika tidak ada kemajuan berarti sebelum tanggal tersebut, eskalasi konflik dagang kemungkinan besar akan terjadi. Hal ini dapat memicu koreksi tajam di pasar saham, pelemahan Yen, serta gangguan lebih lanjut terhadap kestabilan makroekonomi Jepang.

Skenario terburuk adalah jika Jepang tetap menolak desakan AS, dan Trump merealisasikan tarif hingga 35%. Dalam kondisi tersebut, USD/JPY berpotensi menembus kembali ke atas level 145, bahkan menyentuh 147 apabila respons pasar bersifat panik.

Dunia Kembali Cemas Hadapi Politik Tarif Trump

Ancaman tarif tinggi oleh Presiden Trump terhadap Jepang kembali mengingatkan pasar pada era perang dagang yang memanas beberapa tahun lalu. Saat ini, efek domino dari kebijakan sepihak semacam itu tidak hanya membebani nilai tukar dan hubungan dagang bilateral, tetapi juga mengguncang keyakinan pasar global terhadap kestabilan ekonomi dunia.

Apakah Jepang akan tunduk pada tekanan AS, atau memilih mempertahankan kedaulatan kebijakan perdagangannya? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menentukan arah pergerakan pasar dalam beberapa pekan ke depan—dan terutama, nasib pasangan mata uang USD/JPY.

Related Posts

Peluang BUY XAG/USD Masih Terbuka: Waspadai Breakout Pola Symmetrical Triangle

Jakarta, Piptrail – Harga XAG/USD (perak) masih menunjukkan kecenderungan pergerakan stabil dalam jangka pendek. Di satu sisi, minat terhadap aset safe haven melemah menyusul putusan pengadilan federal AS yang meredakan…

Peluang SELL XAU/USD: Awasi Area Support, Potensi Penurunan Masih Terbuka

Jakarta, Piptrail –  Harga emas (XAU/USD) mencatat penurunan pada perdagangan hari Jumat seiring penguatan moderat Dolar AS dan ketidakpastian pasar terhadap kebijakan tarif impor terbaru yang masih dalam proses hukum…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *