
Yen Jepang melemah dari puncak 2 pekan akibat risk-on, sementara sinyal kenaikan suku bunga BoJ menahan penurunan USD/JPY.
PipTrail – Yen Jepang (JPY) kembali melemah pada perdagangan Selasa sesi Asia, menjauh dari level tertinggi dua minggu terhadap Dolar AS (USD). Koreksi ini terjadi seiring meningkatnya sentimen risiko di pasar saham Asia, yang mendorong investor keluar dari aset safe-haven seperti yen. Namun, sekalipun tekanan bearish muncul cukup kuat, ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan (BoJ) pada Desember tetap menjadi faktor yang menahan penurunan lebih dalam pada mata uang Jepang tersebut.
Artikel ini mengulas secara komprehensif faktor fundamental yang memengaruhi USD/JPY, dinamika pasar obligasi Jepang, arah kebijakan Federal Reserve (Fed), serta analisis teknikal terkini untuk mengetahui prospek jangka pendek pasangan mata uang ini.
Risk-On Sentiment Kembali Melemahkan Yen Jepang
Pasar saham Asia mengalami pemulihan setelah aksi jual pada hari sebelumnya. Rebound ini menunjukkan kembalinya minat investor terhadap aset berisiko, sehingga menekan permintaan terhadap instrumen safe-haven, termasuk yen Jepang. Kenaikan minat risiko inilah yang menjadi pendorong utama kenaikan USD/JPY dari posisi terendah dua minggu di 154,65.
Tidak ada katalis negatif baru yang memengaruhi yen, sehingga pergerakan ini lebih banyak didorong oleh sentimen pasar daripada faktor fundamental. Penurunan yen terlihat sebagai respons teknikal terhadap pulihnya selera risiko global.
Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga BoJ Tetap Menjadi Penopang Yen
Meskipun yen sedang berada di bawah tekanan risk-on, fundamental Jepang tetap menunjukkan kekuatan yang relevan.
Sinyal Hawkish BoJ dari Gubernur Ueda
Gubernur BoJ Kazuo Ueda memberikan sinyal kuat bahwa bank sentral semakin dekat pada keputusan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan 18–19 Desember. Ueda menekankan bahwa proyeksi pertumbuhan dan inflasi yang lebih stabil memberi keyakinan bahwa langkah normalisasi kebijakan sudah semakin dekat.
Pernyataan ini muncul setelah inflasi Jepang bertahan di atas target 2% selama lebih dari tiga tahun berturut-turut—sebuah kondisi yang menjadi dasar kuat untuk perubahan kebijakan moneter BoJ dari ultra-longgar menuju normalisasi bertahap.
Yield Obligasi Jepang Terus Melonjak
Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga tercermin jelas dalam lonjakan yield obligasi pemerintah Jepang:
- Yield tenor 2 tahun menembus 1%, tertinggi sejak 2008.
- Yield 10 tahun naik ke level tertinggi dalam 17 tahun.
- Yield 30 tahun menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Kenaikan yield ini menunjukkan meningkatnya keyakinan bahwa BoJ siap mengambil langkah kebijakan yang lebih agresif setelah bertahun-tahun mempertahankan suku bunga negatif.
Ancaman Intervensi Pemerintah Menahan Penjualan Yen
Menteri Keuangan Jepang, Satsuki Katayama, memberikan komentar tegas mengenai pergerakan yen yang liar dan cepat. Ia menyatakan pemerintah siap memberikan peringatan dan mengambil tindakan jika pergerakan valuta asing tidak mencerminkan fundamental.
Komentar seperti ini sering membatasi spekulasi pelemahan yen karena investor cenderung berhati-hati terhadap potensi intervensi aktual di pasar valuta asing.
Dolar AS Masih Lemah di Tengah Ekspektasi Kebijakan Dovish The Fed
Di saat yen tertekan oleh risk-on sentiment, dolar AS juga tidak berada dalam posisi kuat, sehingga membatasi kenaikan USD/JPY.
Data Ekonomi AS Melemah dan Dorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga
Institute for Supply Management (ISM) mencatat bahwa PMI Manufaktur AS turun dari 48,7 menjadi 48,2 pada November—lebih rendah dari ekspektasi pasar 48,6. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi sektor manufaktur, menandakan perlambatan aktivitas ekonomi.
Data yang melemah ini menambah bukti bahwa ekonomi AS sedang mendingin, sehingga meningkatkan ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Semakin Tinggi
CME FedWatch memperkirakan peluang 88% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Reserve 9–10 Desember. Jika Fed benar-benar menurunkan suku bunga, diferensial yield AS–Jepang akan menyempit, memberikan dukungan tambahan bagi yen.
Data PCE Jadi Fokus Berikutnya
Investor kini mengalihkan perhatian ke rilis Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), indikator inflasi favorit The Fed. Namun ketidakpastian meningkat akibat tertundanya laporan ketenagakerjaan AS karena penutupan sementara pemerintah.
Analisis Teknikal: USD/JPY Masih Bergerak Dalam Tren Turun Jangka Pendek
Pergerakan USD/JPY dalam dua pekan terakhir menunjukkan pola penurunan bertahap di dalam channel menurun.
Support Kunci
- 154,65 – support channel dan Fibo 61,8%
- 155,00 – level psikologis
Break di bawah zona ini dapat membuka ruang penurunan lebih dalam.
Resistance Utama
- 156,00 – batas atas descending channel
- 156,60 – 156,65 – zona resistance menengah
- 157,00 – level psikologis
- 158,00 – puncak harga bulan lalu
Jika harga menembus 156,00, momentum bullish dapat meningkat dan memicu short-covering yang membawa harga ke area 157,00–158,00.
Outlook USD/JPY: Sideways–Bullish Namun Terbatas
Dalam jangka pendek, USD/JPY berpotensi bergerak sideways dengan sedikit bias ke atas, didorong oleh risk-on sentiment. Namun ruang kenaikan tetap terbatas karena ekspektasi kenaikan suku bunga BoJ dan potensi intervensi pemerintah.
Faktor pendukung kenaikan USD/JPY:
- Pemulihan minat risiko global
- Rebound teknikal dari 154,65
- Tidak ada data bearish besar bagi USD di sesi Asia
Faktor pembatas:
- Sinyal hawkish BoJ
- Yield Jepang yang terus menguat
- Ekspektasi dovish Fed yang mempersempit selisih suku bunga
Secara keseluruhan, USD/JPY cenderung bergerak dalam rentang 155,00–156,50 menjelang rilis data inflasi PCE AS dan keputusan kebijakan moneter BoJ pada Desember.




