
Singapura denda sembilan lembaga keuangan global, termasuk Credit Suisse dan Citigroup, senilai Rp350 miliar terkait Skandal kasus pencucian uang Rp38 triliun. Ini jadi langkah regulasi terbesar sejak skandal 1MDB.
PipTrail – Singapura kembali menjadi sorotan global usai menjatuhkan denda besar-besaran terhadap sembilan lembaga keuangan internasional dalam kasus pencucian uang senilai S$3 miliar atau sekitar Rp38,15 triliun. Ini menjadi salah satu langkah penegakan hukum terbesar dalam sejarah negeri tersebut sejak skandal 1MDB Malaysia pada 2016 lalu.
Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengumumkan bahwa hasil investigasi dua tahun telah membuktikan adanya kelalaian serius dalam sistem pengendalian anti pencucian uang (AML – Anti Money Laundering) oleh sejumlah bank ternama, termasuk Credit Suisse, UBS Group AG, dan Citigroup Inc..
Sanksi Terbesar dalam Sejarah MAS
Total sanksi finansial yang dijatuhkan MAS mencapai S$27,5 juta atau sekitar Rp350 miliar, dengan Credit Suisse menerima denda tertinggi sebesar S$5,8 juta. Bank-bank lain seperti Citigroup, UBS, serta United Overseas Bank Ltd., juga dikenai denda akibat kelemahan implementasi sistem AML.
Menurut MAS, tindakan ini merupakan bagian dari komitmen regulator dalam menjaga reputasi Singapura sebagai pusat keuangan global yang terpercaya. Mereka menegaskan bahwa ini adalah sanksi terberat sejak penutupan unit lokal BSI SA pada 2016 dalam skandal 1MDB.
Modus Operandi: Properti, Kripto, hingga Mobil Mewah
Skandal yang pertama kali terungkap ke publik pada Agustus 2023 ini melibatkan sepuluh warga negara China, yang dijuluki “Geng Fujian”. Mereka memanfaatkan kelemahan sistem keuangan Singapura untuk mencuci uang hasil penipuan daring dan aktivitas ilegal lainnya di China, seperti perjudian online.
Dana haram tersebut dialirkan ke Singapura dalam bentuk pembelian properti mewah, kendaraan eksklusif, aset kripto, dan surat berharga. Praktik ini dilakukan secara sistematis dan rapi sehingga mampu menyembunyikan asal-usul dana dalam jumlah besar dari otoritas.
Aset Disita, Bankir Didakwa
Hasil investigasi dua tahun MAS dan lembaga penegak hukum lainnya membuahkan hasil signifikan. Sekitar S$3 miliar dalam bentuk aset disita oleh otoritas Singapura. Selain itu, dua mantan bankir dari lembaga keuangan yang terlibat telah didakwa pada tahun 2024 karena turut membantu transaksi mencurigakan ini.
MAS juga menjatuhkan larangan kerja di industri keuangan selama 3 hingga 6 tahun terhadap empat individu, menunjukkan bahwa tanggung jawab tidak hanya diberikan kepada institusi, tetapi juga pada level personal.
MAS Tegas, Tapi Tetap Beri Ruang Perbaikan
Meskipun menjatuhkan sanksi, MAS menyatakan bahwa mereka tetap memberikan kesempatan bagi bank dan lembaga yang bersangkutan untuk memperbaiki sistem pengawasan internal mereka. Saat ini, seluruh institusi yang didenda tengah melakukan reformasi internal dan perbaikan kontrol AML.
MAS menegaskan bahwa pihaknya akan memantau dengan ketat perkembangan perbaikan ini, guna memastikan standar kepatuhan yang tinggi terus dipertahankan.
Reputasi Singapura di Titik Kritis
Sebagai salah satu pusat keuangan utama di Asia, reputasi Singapura sangat bergantung pada kredibilitas sistem keuangannya. Negara ini dikenal sebagai hub bagi manajer aset global, perusahaan teknologi finansial, dan investor institusional dari seluruh dunia.
Data terbaru menunjukkan bahwa total aset yang dikelola oleh lembaga keuangan di Singapura naik 10% menjadi S$5,41 triliun pada 2023, menandakan pesatnya pertumbuhan industri keuangan domestik. Namun, skandal ini menjadi peringatan keras bahwa pertumbuhan tanpa pengawasan ketat bisa menjadi bumerang.
Kasus Ini Bukan yang Pertama
Singapura bukan pertama kali menghadapi masalah pencucian uang. Sebelumnya, negara ini juga terseret dalam penyelidikan penipuan global seperti skandal pembayaran Wirecard AG dari Jerman, serta kasus keuangan lainnya yang berujung pada penguatan kebijakan pengawasan.
Dengan skandal senilai Rp38 triliun ini, pemerintah Singapura dipaksa untuk melakukan evaluasi menyeluruh atas regulasi dan sistem keamanan keuangan, serta meningkatkan kerja sama lintas negara dalam melacak aliran dana gelap.
Tanggung Jawab Bank Besar dalam Dunia Finansial Baru
Skandal ini juga menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi bank global dalam era digital. Di tengah pertumbuhan aset kripto, meningkatnya transaksi lintas negara, dan penggunaan teknologi keuangan canggih, kegagalan mengadaptasi sistem AML yang kuat bisa sangat fatal.
Bank tidak hanya menjadi lembaga keuangan, tetapi juga garda depan dalam menjaga integritas sistem keuangan global. Dalam konteks Singapura, ini adalah panggilan untuk semua pemain industri agar tidak hanya mengejar profit, tetapi juga berperan aktif dalam membentengi sistem dari ancaman kejahatan finansial.
Peringatan Keras dari Negeri Singa
Penjatuhan sanksi terhadap sembilan lembaga keuangan global oleh MAS bukan sekadar langkah hukum, tapi peringatan keras bahwa Singapura tidak akan mentolerir praktik pencucian uang. Reputasi sebagai pusat keuangan internasional harus dijaga dengan sistem yang kuat, pengawasan ketat, dan integritas tanpa kompromi.
Dari Credit Suisse hingga Citi, dari “Geng Fujian” hingga aset mewah, kasus ini menunjukkan bahwa dunia keuangan modern membutuhkan lebih dari sekadar kecanggihan teknologi—dibutuhkan akuntabilitas dan ketegasan.