Rupiah Tahan Gempuran Dolar AS: Ditutup Menguat ke Rp16.180, Tren Positif Berlanjut

Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis ke Rp16.180 per dolar AS pada Jumat, 4 Juli 2025. Bank Indonesia beri sinyal penurunan suku bunga, sementara data tenaga kerja AS beri tekanan terbatas.

PipTrail –  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan ketangguhannya di pasar keuangan, meski gejolak eksternal masih membayangi. Pada Jumat, 4 Juli 2025, rupiah ditutup menguat tipis sebesar 0,03% ke level Rp16.180 per dolar AS, menurut data Refinitiv. Penguatan ini menjadi sinyal positif bahwa mata uang domestik masih berada dalam tren stabil, bahkan ketika tekanan global belum benar-benar mereda.

Dalam kinerja mingguan, rupiah mencatat penguatan sebesar 0,12%, sebuah pencapaian yang cukup solid mengingat volatilitas pasar global akibat dinamika suku bunga The Fed dan data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan.

Sinyal Positif dari Bank Indonesia

Salah satu faktor utama yang menopang penguatan rupiah adalah pernyataan dari Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang membuka peluang adanya penurunan suku bunga acuan (BI-Rate) di sisa tahun ini. Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI pada Kamis (3/7), Perry menyampaikan bahwa kondisi inflasi domestik yang tetap rendah memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mengambil kebijakan moneter yang lebih longgar.

“Kami masih ada ruang menurunkan BI rate ke depan seiring dengan inflasi yang rendah, dan hal ini juga bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Perry.

Saat ini, suku bunga BI-Rate berada di 5,50%, dengan Deposit Facility di 4,75% dan Lending Facility di 6,25%. Dengan proyeksi inflasi yang terkendali, peluang pemangkasan suku bunga bisa menjadi pendorong tambahan untuk mendukung stabilitas nilai tukar.

Kisaran Proyeksi Rupiah: Rp16.000–Rp16.500

Perry Warjiyo juga menyampaikan bahwa rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp16.000 hingga Rp16.500 per dolar AS sepanjang sisa tahun 2025. Proyeksi ini dibuat dengan mempertimbangkan berbagai faktor fundamental domestik, termasuk surplus neraca perdagangan, aliran modal masuk, serta ketahanan ekonomi nasional terhadap tekanan eksternal.

Menurutnya, nilai tukar rupiah saat ini tidak hanya ditopang oleh kebijakan moneter, tetapi juga oleh persepsi positif investor terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia.

Tekanan Eksternal Masih Mengintai

Meskipun rupiah berhasil mencatat penguatan, tekanan dari pasar global belum sepenuhnya surut. Salah satu pemicunya adalah rilis data ketenagakerjaan AS (non-farm payrolls) yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pertambahan lapangan kerja non-pertanian mencapai 147.000 pada Juni, jauh di atas estimasi pasar yang memperkirakan angka 110.000. Data ini memperkecil kemungkinan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Dengan inflasi AS yang masih di atas target dan pasar tenaga kerja yang tetap kuat, prospek suku bunga tinggi di AS kemungkinan akan bertahan lebih lama. Hal ini menjadi faktor yang dapat menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Indeks Dolar AS Melemah, Beri Ruang Rupiah Menguat

Meski demikian, ada angin segar bagi rupiah dari sisi pergerakan indeks dolar AS (DXY). Pada perdagangan hari yang sama, indeks DXY tercatat turun sebesar 0,24% ke level 96,94 pada pukul 15.00 WIB. Melemahnya dolar AS memberi ruang bagi mata uang negara-negara berkembang untuk menguat, termasuk rupiah.

Kombinasi dari sinyal pelonggaran moneter BI dan pelemahan dolar AS menjadi penopang utama penguatan rupiah, meski bersifat tipis di perdagangan hari terakhir pekan ini.

Tantangan ke Depan: Menjaga Momentum dan Stabilitas

Meskipun tren rupiah saat ini cenderung menguat, Bank Indonesia perlu tetap waspada terhadap beberapa tantangan ke depan, di antaranya:

  • Ketidakpastian arah kebijakan The Fed, terutama jika inflasi AS kembali naik.

  • Fluktuasi harga komoditas global, yang berpotensi memengaruhi neraca perdagangan Indonesia.

  • Stabilitas politik dan arah kebijakan fiskal nasional, khususnya menjelang pelaksanaan program besar seperti hilirisasi industri dan pembangunan IKN.

Dalam kondisi global yang cepat berubah, kestabilan nilai tukar menjadi elemen penting dalam menjaga daya beli masyarakat dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Momentum Positif Perlu Dijaga

Penguatan rupiah ke level Rp16.180 per dolar AS pada Jumat ini menjadi penanda bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, dan respons pasar terhadap kebijakan moneter BI cukup positif. Sinyal penurunan suku bunga memberikan harapan bagi pelaku pasar domestik untuk menyambut kuartal ketiga dengan lebih optimistis.

Namun, dengan ancaman global yang masih membayangi, pemerintah dan Bank Indonesia perlu menjaga momentum ini melalui kebijakan yang adaptif, kolaboratif, dan berpihak pada stabilitas jangka panjang.

Related Posts

Euro Tertekan di Tengah Bayang-Bayang Tarif Trump: EUR/USD Tertahan di Jalur Bearish

Euro masih bergerak dalam tekanan dengan EUR/USD tertahan di pola wedge bearish. Ketidakpastian tarif AS dan melemahnya data ekonomi Eropa membatasi peluang kenaikan Euro. PipTrail – Pasangan mata uang EUR/USD saat…

Rupiah Terkoreksi ke Rp16.239 per Dolar AS, Tekanan Global Kian Nyata

Nilai tukar rupiah ditutup melemah terkoreksi ke Rp16.239 per dolar AS pada Senin, 7 Juli 2025. Tekanan datang dari penguatan dolar, rencana tarif baru AS, serta kekhawatiran investor global. PipTrail…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *