
Dolar AS melonjak tajam di tengah ketegangan geopolitik usai serangan Israel ke Iran. Investor memborong aset safe haven, harga minyak naik. Apakah tren ini akan berlanjut?
PipTrail – Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (USD) kembali menunjukkan kekuatannya sebagai mata uang safe haven dunia. Lonjakan terjadi menyusul eskalasi tajam konflik antara Israel dan Iran, yang mendorong investor global untuk segera mengalihkan dana ke aset yang dianggap paling aman di tengah ketidakpastian geopolitik.
Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, rebound 0,6% ke level 98,58 pada perdagangan Jumat (13/6). Sebelumnya, indeks ini sempat jatuh ke titik terendah sejak Maret 2022 di 97,60.
Konflik Memanas: 200 Jet Tempur Israel Serang Iran
Pemicunya tak lain adalah serangan militer besar-besaran Israel ke Iran pada dini hari. Sebanyak 200 jet tempur dilaporkan menggempur sejumlah fasilitas nuklir Iran dan menewaskan petinggi Garda Revolusi. Israel mengklaim kepada PBB bahwa operasi militer ini adalah keputusan “independen”, sementara Gedung Putih menegaskan tidak terlibat.
Dampaknya langsung terasa: harga minyak melonjak hampir 10% dalam hitungan jam, memperkuat sinyal kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah yang menjadi jantung produksi energi dunia.
Investor, seperti biasa, bereaksi cepat dengan memburu dolar AS, emas, dan obligasi pemerintah AS — aset yang dikenal tahan terhadap guncangan global. Sebaliknya, mata uang berisiko tinggi seperti Shekel Israel, Dolar Australia, dan Dolar Selandia Baru langsung tertekan, masing-masing melemah lebih dari 1%.
Safe Haven Jadi Primadona, Tapi Sampai Kapan?
Para analis sepakat bahwa lonjakan dolar saat ini dipicu oleh “flight to safety”, yaitu kondisi ketika investor global memilih menyingkir dari aset berisiko dan masuk ke instrumen yang dinilai lebih aman.
Namun, beberapa pakar memperingatkan bahwa penguatan ini bisa bersifat sementara jika situasi mereda dalam waktu dekat atau jika The Fed memberikan sinyal dovish dalam pengumuman kebijakan minggu depan.
“Kebisingan geopolitik memang bisa mendistorsi tren penurunan dolar untuk sementara waktu. Tapi jika tensi menurun atau The Fed menunjukkan sikap akomodatif, dolar bisa kembali tertekan,” ujar Christopher Wong, analis OCBC.
Hal ini menjadi semakin relevan karena data inflasi terbaru AS menunjukkan hasil mengecewakan, sehingga ekspektasi pasar terhadap kelanjutan kenaikan suku bunga semakin melemah.
Mata Uang Lain Terkapar, Harga Minyak Naik Tajam
Selain dolar, pergerakan signifikan juga terlihat pada mata uang utama lain:
- Euro dan Yen Jepang mengalami pelemahan terhadap dolar, namun masih terbatas dalam rentang yang terbentuk sejak munculnya ancaman tarif baru dari mantan Presiden AS, Donald Trump, sehari sebelumnya.
- USD/CAD relatif stabil karena baik AS maupun Kanada adalah eksportir minyak, sehingga mereka sama-sama diuntungkan dari lonjakan harga energi.
Pasar komoditas pun bergolak. Harga minyak mentah menguat hampir 10%, mencerminkan kekhawatiran bahwa konflik ini dapat mengganggu rantai pasok global.
Respons Iran Masih Tanda Tanya
Meskipun Israel mengklaim bahwa Iran telah membalas serangan dengan mengirimkan lebih dari 100 drone, pemerintah Teheran membantahnya. Para pelaku pasar kini menanti apakah Iran akan benar-benar melancarkan serangan balasan — yang bisa memperparah situasi.
Dalam skenario terbaik, Iran mungkin akan membatasi respons militer dan melanjutkan perundingan nuklir yang sudah dijadwalkan kembali di Oman akhir pekan ini. Namun, banyak analis khawatir bahwa konflik bisa meluas ke wilayah tetangga, atau bahkan memicu intervensi kekuatan besar lain di kawasan tersebut.
“Ini adalah eskalasi signifikan yang bisa membawa kita lebih dekat pada perang besar di Timur Tengah,” kata Tatha Ghose, analis dari Commerzbank. “Iran menghadapi tekanan untuk mempertahankan diri, sedangkan Israel tampaknya tidak berhenti begitu saja.”
Apa Dampaknya bagi Pasar Global?
Jika ketegangan terus berlanjut, kita bisa melihat:
- Harga minyak terus naik, meningkatkan tekanan inflasi global
- Permintaan aset safe haven meningkat
- Nilai tukar dolar AS tetap tinggi
- Pasar saham global bisa melemah tajam
Sebaliknya, jika diplomasi kembali berjalan, ada kemungkinan dolar akan melemah, pasar saham rebound, dan mata uang berisiko mulai menguat.
Ketidakpastian Masih Jadi Kunci
Penguatan dolar AS di tengah konflik Israel-Iran menandai reaksi klasik pasar terhadap krisis geopolitik. Namun arah tren selanjutnya sangat tergantung pada respon Iran, hasil perundingan di Oman, dan sinyal kebijakan moneter dari The Fed.
Bagi investor, ini adalah momen untuk waspada dan menyeimbangkan portofolio. Aset safe haven mungkin tetap relevan dalam jangka pendek, tetapi arah jangka menengah akan lebih ditentukan oleh stabilitas geopolitik dan arah suku bunga global.